"Udep Beusaree Mate Beusadjan Sikrek Gafan Saboh Keureunda" (Hidup Bersama, mati bersama dengan selembar kain kafan dalam satu keranda. Achehnese

Tuesday, June 28, 2005

Acheh.....

ga tau mau nulis apa........makin bingung dengan realitas sosial dan keadaan diriku sendiri.....
sering kali aku mengeluh dengan keadaan aku sendiri tanpa melihat apa yang dirasakan saudara-saudaraku di Acheh sana.
masalah mereka lebih berat dari kami disini kenapa aku harus mengeluh?
kemarin bebeapa orang Acheh sekali lagi harus menderita akibat hukuman cambuk cuma karena kesalahan yang tidak seberapa dibandung rasa malu akibat cambuk itu sendiri.
sementara itu tentara masih melenggang bebas bahkan tanpa rasa malu akibat perbuatan mereka. perkosaan yang mereka lakukan terhadap inong Acheh, pembunuhan yang mereka lakukan kepada rakyat Acheh yang masih mereka klaim "saudara sebangsa".
adakah saudara yang memperlakukan saudaranya seperti itu?
sampai kapan rakyat Acheh harus menderita ya Allah?
sampai kapan rakyat Acheh harus menanggung beban ini?
sampai kapan Tentara dan pemerintah sadar kalau kami sudah tidak bisa dipaksa bersama lagi?
sampai kapan mereka yang biadab bertobat?

Sunday, June 26, 2005

I'm Happy!!!!!

Banyak sekali yang berubah dalam minggu ini, lanjutan mengenai protesku ke harian terbit mendapat respon positif mereka memuat kembali foto kami dan keterangan yang benar.....seorang wartawan pasti telah dimarahi atas hal ini. hehe3x ga tega seh tapi mau bilang apa? orang dia salah kok, masih bagus ga kusomasi.

hari ini aku banyak lihat aksi kami masuk kedalam situs-situs internasional dan dengan nama aku disana hehehe3x sebuah lompatan besar dalam hidupku dari terpuruk dalam kamar gelap tanpa makan tiga hari kini aku kata-kataku sudah dimuat media internasional.

Thanks God. kini aku mengerti maksudmu. mungkin jika sekarang aku masih dengan dia, aku tak mengalami hal ini. kondisi ini membuatku lebih serius dalam bekerja. aku jadi ingat kata-kata yang tertera di cangkir si wig, dalam bahasa inggris aku lupa kira-kira artinya begini
"jika seseorang bekerja lebih dari pada jumlah yang dibayar, di kemudian hari ia akan mendapat bayaran yang lebih dari pada yang ia kerjakan".
aku sudah merasakan sendiri, tidak mudah bagi seseorang untuk berbicara dan dimuat media internasional pula. kini kalau aku mengetikkan namaku di google maka akan tampil sederet berita yang memuat statementku.

buat mama "mam anakmu yang bandel, boros dan kurus ini sudah mencapai suatu tahapan dalam tahapan-tahapan panjang hidupku mam" doakan anakmu terus jangan bosan yah!!!!.
tiba-tiba di ruang ini mengalun lagu
"love of My Life" Queen. jadi ingat seseorang =). beberapa waktu lalu aku mendengarkan lagu ini sambil menangis. kini aku mendengarnya sambil tersenyum mengingat kenangan indah bersama dirinya dan menertawakan kekonyolan aku beberapa waktu lalu.
hampir seluruh lirik itu tidak relevan lagi kecuali:

1. "U've hurts me, U broken my heart and now u leave me"
2. " you dont know what it means to me"

selain itu semuanya ga relevan lagi.......

tahapan selanjutnya dalam hidup aku adalah menggapai masa depan yang kian terang dan terbentang. ingin kubuktikan pada mereka yang menganggapku salah bahwa merekalah yang salah.
"Kebenaran tidak akan pernah lenyap dan tak akan lekang oleh waktu, ia akan tetap menunggu untuk ditemukan. tugas manusia adalah untuk mencarinya terus menerus sampai menemukannya".
ini kata-kataku sendiri yang kukarang setelah terinspirasi oleh film "Joan of Arch" pahlawan perempuan prancis yang dihukum mati dengan tuduhan sebagai penyihir, akan tetapi 500 tahun kemudian gereja vatikan menganugrahinya sebagai "Orang Suci". mungkin nanti kalau sudah saatnya aku akan membuatnya sebagai postulat hehehe, sekarang belum jadi sarjana jadi belum bisa buat postulat.

aku adalah orang yang selalu ingin menentang mainstream opinion pada hampir di segala bidang, aku bukan yang ikut arus. jadi wajar kalau sekilas orang akan tidak habis mengerti sikapku. Bahkan B.S baru menyadari kharakter dan kelebihan aku setelah 4 tahun lebih mengenal aku. mungkin hanya mama yang benar memahami kharakter aku. andai saja kau mau bersabar sedikit lagi.
jadi kepada kawan-kawan yang belum mengerti aku bersabar yah, cepat atau lambat kalian akan memahami aku. kalau engga juga ya udah emang gue pikirin!
whooaaaahhhhh........time to sleep.......
Good Night World! See u Tomorrow

zzzzzzzzz........zzzzzzzzzzzzz..............zzzzzzzzzzzzzz



Wednesday, June 22, 2005

Confuse......

waduh.... aku bingung akhir-akhir ini setelah semua tugas selesai, ga tau harus ngapain. balik kuliah atau ga yah. bingung.
oh ya btw semalam aku sempat palak ngeliat berita di Harian Terbit, ada berita aksi kami disituakan tetapi memutar balikkan fakta. dikatakan bahwa kami menolak perundingan helsinski padahal jelas-jelas kami mendukung perundingan helsinski demi perdamaian di bumi Acheh. ya sudah langsung ku telpon dan ada usulan dari beberapa kawan untuk melakukan somasi. setelah kupikir aku kemudian mengajukan protes dan peringatan somasi. sebenarnya ini dilakukan untuk menaikkan isu perdamaian pada opini publik, sehingga akan menimbulkan tekanan yang cukup kuat dari publik nasional terhadap perdamaian di Acheh, sehingga maniak perang di DPR RI dan TNI tidak bisa berkutik.
semalam sudah kufaks pengajuan protes dan rencana somasi jika harian terbit tidak memuat pernyataan maaf dan memuat kembali foto tersebut dengan keterangan yang sebenar-benarnya dan sejujurnya.
goblok banged wartawan ini, kayanya dia dibayar oleh PA'I. dasar brengsek.

Tuesday, June 21, 2005

Aksi APA 20 Juni 2005

Pernyataan Sikap
SELAMATKAN RAKYAT ACHEH DENGAN PERDAMAIAN

Salam Perdamaian..... !!
Konflik antara pemerintah RI dan GAM yang telah berlangsung selama hampir 30 tahun akan menemui babak akhir dengan diadakannya perundingan damai antara RI-GAM yang difasilitasi oleh Crisis Management Initiative (CMI) pimpinan mantan president Finlandia Marti Ahtisaari. Saat ini perundingan tersebut telah melewati putaran ke IV pada tanggal 26-31 Mei 2005. Sejauh ini perundingan tersebut telah memperoleh hasil yang positif dengan diturunkannya tuntutan GAM dari kemerdekaan menjadi “pemerintahan sendiri”. Juga kemungkinan adanya tim monitoring untuk memantau berjalannya kesepakatan dari negara ketiga yaitu Uni Eropa dan ASEAN, dan berbagai kesepakatan lainnya.
Seiring dengan positifnya hasil dialog sementara yang sedang berlangsung antara RI dan GAM, meningkat pula optimisme rakyat Acheh akan terciptanya perdamaian abadi di bumi Acheh yang hancur lebur akibat konflik dan bencana Tsunami. Akan tetapi ditengah-tengah harapan ini muncul suara-suara yang tidak enak dari senayan yang menyuarakan sikap anti terhadap perundingan.
Sikap anti perundingan Helsinski ini tercermin lewat opini-opini miring yang dilontarkan oleh individu-individu yang duduk di DPR RI (komisi I) dan pihak TNI. Sikap ini merupakan bentuk pengingkaran atas amanat MPR yang dituangkan TAP MPR-RI No.X/MPR/2001 dan TAP MPR No.VI/MPR/2002 tentang “penyelesaian masalah Acheh secara damai dan bermartabat” untuk penyelesaian konflik acheh. Rakyat Acheh yang sedang berharap cemas menanti perdamaian dari perundingan ini sangat kecewa dengan sikap anti perdamaian yang dilontarkan oleh mereka yang notabene bukan berasal dari Acheh dan tidak mengerti masalah Acheh. Hal ini dapat membahayakan bagi kelanjutan usaha damai karena dapat merusak konsentrasi kedua belah pihak dalam merumuskan berbagai kesepakatan yang akan memberi peluang pada rakyat Acheh untuk kembali menikmati perdamaian. Sikap ini juga dapat menjadi landasan bagi TNI/Polri untuk kembali melancarkan perang di bumi Acheh.
Sejarah jelas mengatakan bahwa Konflik Acheh tidak pernah bisa diselesaikan dengan jalan perang. Perang, apapun alasannya hanya akan menghasilkan penderitaan dan menimbulkan bencana kemanusiaan. Perdamaian hanya bisa diraih lewat dengan jalan damai yaitu perundingan.

Oleh karena itu kami dari Acheh Peduli Acheh (APA) akan menyampaikan beberapa tuntutan:

Mengecam keras sikap anti perdamaian yang dilancarkan oleh DPR RI komisi I dan TNI yang bertentangan dengan TAP MPR-RI No.X/MPR/2001 dan TAP MPR No.VI/MPR/2002

Mendesak DPR RI dan TNI untuk menghormati dan mendukung Perundingan Helsinski serta menjalani apapun hasil kesepakatan dari perundingan tersebut.

Mendesak kepada pemerintah RI dan GAM untuk segera melakukan Gencatan Senjata dan tetap melanjutkan perundingan hingga tercapainya kesepakatan damai antara kedua belah pihak.

Menyerukan kepada pemerintah RI agar tidak membatasi peran Uni Eropa dan ASEAN sebagai pemantau kesepakatan termasuk memberi ijin dalam membawa perlengkapan militer sehingga dapat melindungi diri dari pihak-pihak yang ingin mengacaukan jalannya kesepakatan, sehingga tercapai hasil yang efektif dalam proses damai Acheh.

Menyerukan kepada badan-badan internasional khususnya PBB untuk memantau perkembangan konflik Acheh dan meminta untuk segera melakukan intervensi secara langsung apabila perundingan terancam gagal.

Mendesak kepada AS agar segera menghentikan kerjasama militer dengan Indonesia selama TNI masih melakukan pelanggaran HAM di Acheh dan daerah konflik lainnya.

Menyerukan kepada masyarakat Indonesia dan internasional agar turut berperan serta secara aktif dalam mendukung penyelesaian konflik Acheh secara damai demi kelancaran rekonstruksi Acheh paska Tsunami


KHRONOLOGIS AKSI

Aksi masyarakat Acheh yang tinggal di Jakarta yang tergabung dalam Acheh Peduli Acheh (APA), berlangsung pada hari Senin, 20 Juni 2005. Aksi bertemakan “Selamatkan Rakyat Acheh Dengan Perdamaian” ini dimulai pada
pukul 11:00
Massa APA berkumpul gedung MPR/DPR RI Jakarta pusat. Massa berkumpul lebih 200 orang di halaman gerbang utama gedung MPR/DPR RI,

Aksi ini dilakukan untuk merespon wacana-wacana yang dikembangkan oleh DPR RI komisi I dan TNI. Kedua pihak tersebut mencoba menggagalkan perundingan damai yang sedang berjalan di Helsinski.

Di halaman gedung MPR-DPR RI tersebut, massa aksi melakukan pembentangan poster-poster pro damai, spanduk dan baliho anti perang di Acheh.

Peserta aksi yang melakukan orasi diantaranya, Fauziah yang merupakan aktivis Putroe Acheh untuk Keadilan (PAK), Rasyidin dan Helmy dari Ikatan Pemuda Acheh Bandung (IKAPA). Peserta aksi juga menyanyikan lagu-lagu perdamaian yang digubah dari lagu-lagu demonstrasi mahasiswa Prodem.

Fauziah walaupun sedang dalam keadaan hamil muda beliau tetap semangat dan tidak nampak lelah dalam menyampaikan orasi-orasi perdamaian. Dalam orasinya beliau memperlihatkan kekecewaannya terhadap anggota DPR RI Komisi I.
Sementara Rasyidin dari IKAPA menekankan orasinya pada pemilu, dia mengatakan “ wahai Agung Laksono apakah kamu masih ingin mendapat suara di Acheh? Jika kamu tidak sepakat dengan perdamaian jangan salahkan kami tidak akan mendapat suara di Acheh dan rakyat Acheh akan Golput!” Helmy yang juga dari IKAPA bandung, dalam orasinya mengatakan “Agung Laksono dan Permadi tidak pantas bicara mengenai Acheh karena mereka bukan berasal dari Acheh dan tidak mengerti persoalan Acheh, mereka belum pernah merasakan bagaimana melihat bapaknya, ibunya, saudaranya mati karena konflik! Apa perlu kita bawa perang ke kampung mereka agar mereka merasakan hal tersebut? TNI juga tidak pantas bicara mengenai Acheh karena mereka bertanggung jawab atas tewasnya ribuan rakyat Acheh dan pemerkosaan ribuan inong Acheh selama DOM dan DM. Orasi berjalan tanpa henti selama satu jam secara bergantian dan sesekali diringi yel-yel perdamaian.

Meski spanduk agak telat datang, akan tetapi hal ini tidak menjadi masalah, karena peserta aksi telah disiapkan poster-poster perdamaian diantaranya bertuliskan “KAMI INGIN DAMAI TITIK!!!”, “PEMERINTAH RI ABAIKAN MEREKA YANG TIDAK SETUJU TERHADAP PERUNDINGAN” dan diantaranya ada beberapa tulisan yang berbentuk goresan darah seperti “PERANG ITU KEJAM JENDRAL”, “WAHAI JENDRAL BELUM PUASKAH KAU MINUM DARAH KAMI?”
Pukul 11: 30
Sekitar spanduk dan baliho mulai berdatangan ada yang panjangnya 20 meter bertulisakan “HENTIKAN PERANG! LANJUTKAN PERUNDINGAN DAMAI DEMI RAKYAT ACHEH” dan sebuah baliho besar berisikan tujuh poin tuntutan.

Pukul 12:00
massa aksi kemudian meninggalkan gedung DPR dengan meninggalkan beberapa spanduk pendek di pagar gedung DPR. Pukul 12:20 mereka tiba di Bunderan HI kemudian melanjutkan perjalanan dengan long march ke Kedubes Jepang, disana mereka selama 20 menit berorasi meminta kepada negara-negara donor agar ikut terlibat aktif dalam perundingan damai. Kemudian massa melanjutkan aksinya ke gedung PBB, pada pukul 13:00
mereka tiba di gedung PBB dan selama 30 menit mereka menyanyikan lagu Hikayat Perang Sabi dan kemudian membacakan pernyataan sikap dalam bahasa Inggris yang dibacakan oleh Helmy.

pukul 14:00
Aksi Berakhir di jalan di persimpangan jalan dekat gedung PBB. Rencana aksi ke kedubes Inggris dan AS dibatalkan karena sebagian besar massa aksi mengalami kelelahan sehingga panitia aksi tidak tega walaupun massa masih menunjukkan semangat untuk melakukan aksi.


Jakarta 20 Juni 2005
Acheh Peduli Acheh (APA)

Mission Accomplished.

Akhirnya kemarin aksi berhasil dijalankan dengan segal kekurangan dan kelebihannya. apa yang mau dibahas terlebih dahulu....? ok kita bahas kelebihan. kelebihannya adalah aksi kita kali ini dilengkapi dengan banyak spanduk, baliho dan poster. undangan kepada media juga efektif karena media banyak berdatangan dan meliput aksi kami, bahkan aku banyak diwawancara oleh media, hehe senang juga seh. etika aku pulang banyak statement aku di media online. sementara kekurangannya massa banyak yang terjegal oleh kemacetan jakarta raya. waktu kami kumpul di depan gedung MPR/DPR banpol sempat menanyakan maksud dan tujuan kami berada disini, lalu kuserahkan surat izin aksi kepada mereka dan kami sempat berbicang-bincang mengenai masalah Acheh aku katakan "orang selalu menyalahkan keinginan rakyat Acheh untuk merdeka, akan tetapi tidak mencari tahu kenapa mereka ingin merdeka. dia bilang "mungkin mintanya sambil marah-marah" kujawab"gimana ga marah, bapak juga kalau dipukul marah!" kalimat itu cukup efektif dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.
setelah itu aksi dimulai kami memberikan poster-poster yang kami buat malam sebelum aksi dan baru selesai pagi hari tepat sebelum kami berangkat. thanks to Rsdn, seniman gila dari Acheh. dia yang merakit poster-poster tersebut dari malam hingga pagi hari.
kami mengajarkan lagu-lagu aksi kepada massa kami sebarkan kertas syair lagu lalu kami ajarkan mereka. ada satu lagu yang baru kuingat pagi hari dan langsung kurekam dalam otak, gubahan dari lagu prodem juga.
begini lagunya:
tiga puluh tahun sudah Acheh masih perang, tiga puluh tahun sudah Acheh masih perang
damai!, damai!, damai!, damai!, damai! Wooooii
damai, damai, damaikan saja
damaikan saja RI dengan GAM.
juga ada lagu yang mereka suka ternyata:
Rakyat Acheh disini bergerak turun aksi
melihat perdamaian yang sedang mati suri
katanya mau damai nyatanya masih perang
damai, damai wujudkan segera!
ketika kami mau segera beranjak dari gedung MPR/DPR RI sempat kebingungan juga masalah kendaraan untuk mengangkut massa aksi ke bundaran HI. setelah lama menunggu akhirnya aku memutuskan untuk bergerak mencari metro mini di daerah tomang slipi. akhirnya kami dapat dengan nilai dua ratus ribu sekali angkut. aku berpisah dengan bang aidil untuk memberi petunjuk pada sang supir. tapi tak lama B.F menelpon ga jadi metro mininya karena sudah ada. aku sempat marah, karena ga mungkin ngomong itu sama si supir, akhirnya kami sepakat untuk mengganti biaya penumpang mereka yang kami turunkan karena kami sewa. tapi brengseknya mereka ga percaya sama aku, supir bilang sama kondektur "pegang dia jangan sampai lari" jadilah aku disandera selama kurang lebih 20 menit, akhirnya bang aidil datang memberi "tebusan" senilai Rp 50.000. fiuuuhhhh.
kami kemudian naik taksi menuju bundaran HI dan aku segera berlari menuju kelompok massa untuk menyampaikan pernyataan sikap dalam bahasa Inggris di kedubes jepang dan PBB, di kedubes jepang tidak sempat karena aku datang telat. kemudian kami ke gedung PBB disitulah baru sempat pembacaan english statement.
akhirnya pukul 2 aksi berakhir aku menumpang mobil massa dari bandung untuk segera menuju ke markas. lelah sekali wak!.
aku kemudian segera menuju meja kerja untuk mengefaks pernyataan sikap ke media massa, akan tetapi ternyata mesin faks rusak "no dial Tone" tertulis di layar program winfax. kakeu lah. akhirnya aku mebuat kronologis aksi untuk kepentingan propaganda ke seluruh kawan-kawan di tingkat nasional maupun internasional.
hari ini rencana pulang ke tapi ga mungkin karena masih ada urusan dengan kopi buku anthony reid berjudul "indonesian frontier......" ga ingat judul lengkap yang jelas buku itu berbahasa inggris di beli oleh B.N di malaysia. buku itu harus dikopi dua dan belum diambil sampe saat aku nulis blog ini.
btw barusan kulihat ada komen di blog aku berjudul To my Old little_dhee. anonymous tapi aku tau siapa yang nulis. aku ga bisa memberi komentar apapun, karena isu itu tidak lagi menjadi isu hangat dalam hidupku.
cuma ada satu hal pernyataan yang harus ku sanggah. pernyataan yang menunjukkan bahwa aku benci terhadap dia. sebenarnya adalah bahwa aku marah terhadap perbuatannya itu saja tidak lebih.
Good bye Yesterday and welcome tomorrow!

Friday, June 17, 2005

3 days to D-day

Semalam kawanku bang Ikli akhirnya sampe di stasiun Jatinegara, tentunya sama kak Nani. dengan ongkos yang pas-pasan aku akhirnya pergi ke sana untuk jemput, karena mereka kesini untuk ngurus PTT aku sebagai kawan punya kewajiban untuk membantu. sampe di ruang tunggu "eksekutif" aku liat kawan nih asik duduk sambil rangkul mesra kak Nani, langsung ku tegur "ya ya ya ya" ciri khas orang Acheh jika melihat sesuatu yang tidak pada tempatnya atau sesuatu yang tidak biasa. bagiku itu sesuatu yang tidak biasa kulihat pada mereka. jadi ngiri =p kami ga banyak ngomong karena aku ingatkan semakin lama nunggu semakin macet jakarta, jam pulang kerja gitu loh.
sampe dirumah saudaranya kami disambut dengan hangat maklum mereka akan segera melangsungkan akd nikah mungkin bulan Juli. disana kami banyak diskusi mengenai PTT. lalu kutawarkan pada ikli untuk mendaftar pada MSF sebuah organisasi kemanusiaan di bidang medis tanpa tapal batas yang bekerja pada wilayah yang terkena bencana di Indonesia mereka bekerja di Acheh dan Nias. Ikli cukup tertarik, lalu kuhubungi lagi-lagi Lina coba tanya mengenai MSF. dia banyak tahu tentang MSF karena dia banyak kawannya yang gabung dengan MSF. dia berjanji untuk mengirim e-mail keterangan mengenai MSF dia juga yang mengenalkan aku dengan Tira kawannya yang gabung dengan MSF. o ma ga enak sama dia karena terlalu banyak dibantu. once again Thanks Lin.....
Ikli minta aku nginap di rumah saudara Nani. saudara nani, Anto namanya ternyata penggemar hewan dirumahnya banyak kali hewan piaraan, dari Hamster, Ular sampe kodok pun ada dan pengetahuannya tentang hewan pun cukup dalam. kami banyak diskusi mengenai hewan.
esok paginya kami berangkat menuju DEPKES untuk mencari keterangan tentang PTT. kami sampe hampir jam 9 pagi. aku bingung di jam segitu mereka baru upacara, akhirnya kami nunggu di kantin tapi ternyata di kantin rame dengan orang yang notabene adalah pegawai depkes. kesal aku ngeliat hal-hal kayak gini, enak-enak mereka nongkrong padahal dari pajak rakyat mereka digaji.
aku ketemu dengan Fahrul, kawan aku waktu kami jadi relawan di Acheh. o ma senang kali aku. aku ga sempat datang ke pernikahan kawan ni. aku minta maaf. kami cerita banyak hal termasuk masalah PTT dia yang sudah setahun belum juga dapat.
ternyata kak Nani juga dapat banyak masalah mengenai PTTnya karena dia belum dapat bukti lapor dari Pemda Banda Aceh. brengsek kali mereka tuh. selalu mempersulit orang, apa seh yang ada dalam kepala mereka? atau mereka justru kepala mereka ga ada isinya.
kami pisah karena banyak sudah selesai urusan, kemudian ternyata pas keluar gedung kami ketemu lagi dengan dia asyiknya Fahrul bawa mobil kebetulan Ikli satu jalan dengan fahrul. akhirnya kami naik dan aku turun di Kampung Melayu, rencana ke MSF dibatalkan karena ga tau jelas alamatnya. daripada nyasar.
aku berangkat lagi ke kantor mengurus segalanya buat aksi termasuk memenuhi persyaratan legal.
sekarang lagi nunggu bos, menunggu yang beberapa hari ini kutungggu, apalagi kalau bukan itu...........

Thursday, June 16, 2005

Ranjau-Ranjau Jelang Putaran ke-5Catatan dari Liputan Helsinki Reporter: Aboeprijadi S (Radio Nederland) -, 2005-06-14 09:31:03

Putaran ke-4 pembicaraan informal Aceh berakhir 31 Mei di Helsinki dengan optimisme yang jauh berkurang, dibanding sebelumnya. Suasana itu tergambar pada masing masing delegasi saat jumpa pers di ujung perhelatan. Martti Ahtisaari, mantan Presiden Finlandia dan Ketua CMI (Crisis Management Initiative), yang menengahi perundingan, April lalu menyebut putaran ke-3 sebagai ”breakthrough” (terobosan).

Tapi sekarang dia agak ragu, lalu secara diplomatis menamakan putaran ke-4 ini sebagai ”kelanjutan terobosan”.

Lain lagi kisah di Wisma Duta tempat delegasi Republik Indonesia (RI) menggelar jumpa pers. Di situ, tiga delegasi RI duduk berjejer: Ketua Delegasi Hamid Awaluddin berbusana jaket biru tua dan blue jeans saja—tapi berwajah paling serius—diapit Sofyan Djalil yang berstelan lengkap dengan dasi, dan lebih kalem. Sedangkan Farid Hussain, dokter periang yang juga berstelan lengkap itu, kini diam dan sunyi. Anggota keempat, Usman, yang selalu rendah hati, kini sama sekali tak tampak.

Tak kalah serius adalah jumpa pers Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Hotel Radisson SAS. Dua bosnya, Ketua Delegasi Malik Mahmud dan Zaini Abdullah, absen. Yang tampil: jurubicara Bakhtiar Abdullah diapit Mohammad Nur Djuli dan penasehat Damien Kingsbury. Di latar belakang terbentang bendera GAM yang merah manyala seperti bendera Turki.

Hanya Damien yang ’bergaya Aceh’, mengenakan kemeja sutera kuning muda berlengan panjang. ”Ini hadiah dari my brother Bakhtiar,” jelasnya kepada Radio Nederland. Sementara sang brother Bakhtiar membagi-bagikan lencana bermotif bendera GAM kepada wartawan Metro TV, El Shinta dan Kyodo.

Ahtisaari tegas, terus terang, tapi berhati-hati ketika menyentuh isu seperti soal partisipasi politik. Hamid berbicara singkat dan jelas, tapi menyembunyikan hal-hal yang belum disepakati. Sementara Sofyan berputar lidah panjang lebar. Di pihak GAM, ucapan standar Bakhtiar ”cautiously optimistic” (optimistis yang berhati-hati) membuat pers Finlandia bosan. Tapi Nur Djuli lebih tegas dan polos.

Maknanya: hasil Helsinki IV itu bermacam-macam konsekuensinya bagi masing masing pihak. Helsinki IV meningkat maju karena telah membahas beberapa soal seperti pemerintahan-sendiri, partisipasi politik, dan pengaturan keamanan secara substansial—bahkan rinci—dengan mendalaminya dalam kelompok-kelompok kecil. Namun justru karena menukik ke soal-soal peka itulah, maka semua pihak kini menyadari telah bertemu sejumlah isu yang dapat menjadi ranjau-ranjau dalam putaran ke-5, 12 Juli mendatang.

Ketegasan, kejelasan, dan kehati-hatian dalam sikap Ahtisaari (CMI), Hamid (RI) dan Nur Djuli (GAM) masing-masing punya nilai tersendiri.

Ranjau Itu
Martti Ahtisaari (CMI), selaku penengah perlu bersikap imbang, tapi sekaligus juga merintis sukses. Maka secara terbuka dia mengkonfirmasikan pertanyaan Radio Nederland tentang pengaturan keamanan. ”Benar,” katanya, ”kami membicarakan soal penarikan mundur tentara dan decomissioning (perlucutan senjata) gerilya dan milisi (pro-Jakarta).”

Uni Eropa sendiri belum memberikan komitmen untuk melakukan monitoring, namun mintoring itu disepakati merupakan suatu keharusan untuk menjamin pelaksanaan persetujuan, jika persetujuan tercapai.

Ahtisaari, meski berhati-hati, juga punya sikap yang jelas soal partisipasi politik. ”Kita harus menemukan jalan agar mereka (warga Aceh) yang ingin berpartisipasi politik dapat melakukan itu.” Tapi, tambahnya, ada pemahaman bahwa hal ini (maksudnya, partai-partai lokal Aceh) sulit dilaksanakan di bawah Undang-Undang RI yang sekarang. ”Ada filosofi perundang-undangan Indonesia bahwa mereka harus menjaga kesatuan dari negara kepulauan yang amat luas itu,” katanya. Tapi Ahtisaari menyimpulkan, jika hak-hak politik itu diwujudkan dalam partai-partai yang ada (partai nasional), ”maka itu tidak riil,” katanya.

Sebagaimana diketahui, dengan alasan bertentangan dengan produk hukum Indonesia, pemerintah menolak proposal GAM yang berniat mendirikan partai lokal guna mengikuti pemilihan umum lokal.

Hamid Awaluddin (RI), selaku pelaksana kebijakan Jakarta, juga perlu membawa oleh-oleh yang dapat diterima Jakarta. Maka dia lebih menekankan soal paket otonomi dan menjelaskan dengan rinci tentang pembagian wewenang Jakarta dan Aceh, terutama soal penyelenggaraan pemerintahan daerah dan bagi-hasil sumber daya alam.

Sementara tentang hubungan internasional, keamanan, moneter, hukum, dan agama akan tetap di tangan Jakarta. Itu artinya, pemerintahan daerah di Aceh berwenang mengelola kepegawaian, sumberdaya alam, pertanahan, kelautan (12 mil lepas pantai), dan investasi asing.

”Substansi ini dapat dipahami. Apakah ini namanya ’otonomi-khusus’ ataukah ’pemerintahan-sendiri’ itu soal semantik,” jelas Hamid. Tapi Hamid tak banyak berbicara soal partisipasi politik (partai atau pemilu lokal) dan pengaturan keamanan.

Sebaliknya, justru kedua hal terakhir itulah yang banyak dikemukakan oleh pihak GAM. Berbicara soal partisipasi politik dalam bentuk hak mendirikan partai-partai politik lokal, Nur Djuli menunjuk pada alasan prinsip bahwa partai politik adalah hak demokratis Aceh.

”Hanya dengan cara itu (memiliki partai partai politik lokal), Aceh dapat hidup dalam demokrasi. Tanpa itu, rakyat Aceh tak dapat memilih kepala daerah maupun pemerintahannya,” jelasnya.

Ini soal komposisi demografis, sebab Aceh tak mungkin punya partai politik sendiri jika harus mempunyai cabang di lebih dari separuh jumlah provinsi Indonesia seperti ditetapkan Undang-Undang RI.

Singkatnya, ”Itu adalah bottom-line (batas akhir) kami, yes!,” tegas Nur Djuli.

”Jadi Anda menuntut hak istimewa?” tanya wartawan TV dari Indonesia.

”Lha, iya, kan Aceh itu daerah istimewa katanya. Kalau nggak, kami kan nggak ada di sini. Kan Soekarno bilang, Aceh itu modal, bukan?,” Nur Djuli balik bertanya secara retorik.

Lantas wakil pers Jakarta yang satu ini bertanya dengan nada nyaris menghakimi: ”Lha, kalau gitu, di mana rasa kebangsaan Anda?”

Nur Djuli menjawab pendek: ”Baca sejarah, dong!”.


Nur Djuli membenarkan jika hak sepenuhnya ada di tangan rakyat Aceh, maka ini secara teoretis bisa merugikan GAM juga. ”Kalau rakyat Aceh lebih suka partai-partai nasional, ya GAM harus nurut. Kalau partai-partai lokal nanti tak laku, ya kita harus hormati kehendak itu,” jelasnya.

Tentang soal pengaturan keamanan, Nur Djuli menjelaskan, ”yang penting bukan berapa tentara yang ditarik mundur, tapi berapa yang tersisa” di Aceh. Ini, jelas, merupakan silat lidah eufemistis untuk mengatakan hal yang sama.

Sedangkan Hamid berkomentar, ”Kami menyebutnya rasionalisasi,” artinya kehadiran satuan bersenjata (TNI dan Brimob) akan disesuaikan kebutuhan lokal. Perihal gerilya GAM, Nur Djuli membenarkan ”akan dilucuti”, sedangkan tentang milisi pro-Jakarta, ”itu bukan hanya dilucuti, tapi tidak dibenarkan ada,” katanya.

Dengan kata lain, kongkretnya, ada kesepakatan umum yang masih harus dirinci bahwa satuan-satuan TNI BKO (non-organik) dan Brimob harus dikurangi, dan GAM serta milisi-milisi bentukan militer, harus dilucuti.

Harus dicatat bahwa proses perdamaian Helsinki ini bertolak dari asas bahwa tak ada satu pun hal dapat disetujui sebelum semua hal dapat disetujui (”nothing is agreed until everything is agreed”) . Jadi, ini satu pendekatan ”all or nothing”. Hitam-putih.

Maka putaran ke-5 mulai 12 Juli yang akan datang, sepertinya akan memberikan kata final tentang semua hal –sengketa, perbedaan maupun persetujuan (common grounds)– yang dibahas selama ini.

Karena itu, penasihat GAM Damien Kingsbury dan Ketua Delegasi RI Hamid Awaluddin memperpanjang keberadaan mereka di Helsinki selama 2-3 hari untuk membantu Martti Ahtisaari menyusun resume (ringkasan) yang akan menjadi dasar bagi CMI untuk menyusun sebuah memorandum. Isi memorandum inilah yang akan di bahas dalam putaran mendatang, dengan hanya dua kemungkinan yaitu membuahkan persetujuan (all) atau gagal (nothing).

***

Jadi, hasil kesepakatan secara umum yang telah tercapai pada Helsinki ke-4 yang ditentang oleh sebagian politisi di DPR adalah sebagai berikut:

1) Substansi paket pemerintahan daerah, 2) perlunya monitoring oleh tim tidak bersenjata dari Uni Eropa dan ASEAN, 3) pengaturan keamanan dalam bentuk penyesuaian pasukan TNI sesuai kebutuhan setiap lokal (mungkin per kabupaten) dan perlucutan GAM dan milisi, 4) amnesti, reintegrasi bekas GAM ke dalam masyarakat Aceh, serta, 5) merintis penyelesaian hukum soal pelanggaran HAM oleh semua pihak.

Akan tetapi, ada rincian atau aspek dari kelima hal tersebut yang masih mungkin mengganjal seperti wewenang imigrasi (mengeluarkan visa) bagi pemerintah daerah yang dituntut GAM tapi ditolak RI. Juga ada soal nama baru, lambang, bendera, dan lagu bagi Aceh yang belum dirinci, masih menjadi sengketa atau belum tampak kesepakatan. GAM juga menganggap tanggal pemilihan kepala daerah (gubernur), yaitu Oktober 2005, terlampau cepat.

Mengenai hal-hal tersebut, Hamid Awaluddin, yang juga Menteri Kehakiman dan HAM, memperingatkan, semua itu, katanya, berarti ”harus mengubah undang-undang (UU Otonomi Khusus NAD) dan Anda tahu, mengubah UU di DPR zaman sekarang bukan main sulitnya. Bisa menelan waktu dua sampai tiga tahun.”

Begitu juga dengan penyelesaian hukum pelanggaran HAM. Sejumlah Konvensi Jenewa masih harus diratifikasi oleh DPR RI, berarti ini akan menuntut proses politik dan menelan waktu.

Perundingan Helsinki memang rumit karena selain melibatkan kepentingan-kepentingan politik pihak-pihak yang bersangkutan, juga menyangkut materi hukum yang pelik. Pantas, Hamid bercerita, dia senang menghabiskan waktu istirahat siang dengan ”jalan-jalan di lapangan yang indah sekitar bungalow” Konigstedt di Vantaa tempat perundingan berlangsung. Itu pula sebabnya, dia senang melepas lelah dengan menyodokkan sepatunya ke mesin otomat semir sepatu, sambil bercakap-cakap ringan dengan Martti Ahtisaari, atau ”ngobrol-ngobrol” dengan Malik Mahmud.

Bahkan, saking pelik atau alotnya, Hamid nyeletuk bahwa dalam perundingan, dia seringkali dihadapkan pada tiga opsi: ”gebrak meja, menjadi pendengar yang baik, atau menjadi guru (menerangkan materi hukum).” Hamid mengaku selalu memilih dua opsi yang terakhir.

Tapi di situ pun, lanjutnya, dia seringkali merasa seperti harus berlayar di dua jalur: ”jalur untuk mencapai tujuan perundingan dan jalur yang tetap demi kepentingan negara dan bangsa.” Ini berarti pihak RI akan menghadapi ujian berat di Helsinki: harus berani berkompromi untuk mencapai perdamaian di Aceh.

Hal yang sama mutlak juga berlaku bagi GAM. Khususnya GAM harus berkompromi soal visa, tanggal pilkada, nama, lambang, dan lagu tadi.

Tapi, paling hakiki dan krusial, adalah: GAM dan RI harus menemukan cara agar hak-hak legitimasi rakyat Aceh untuk berpolitik dalam kepartaian lokal, dapat dipenuhi. Semua itu, terutama soal partai lokal, dapat menjadi ranjau-ranjau dalam putaran ke-5 di Helsinki, 12 Juli.

4 day to D-Day

Hari ini 4 hari menjelang aksi yang akan kami laksanakan. pernyataan sikap spanduk sudah mulai disusun. surat pemberitahuan akan diurus besok, paling ketemu polisi betawi tu lagi. kemarin komputer macet dan sialnya itu terjadi setelah aku pakai. sempat ada komentar negatif yang ga enak di telinga seh, tapi aku ga bisa ngomong apa-apa.
malam tadi lina sms setelah kutunggu seharian penuh. katanya pulsanya abis. dia membatalkan rencana nonton, karena udah ada janji dengan kawan ke pameran buku, tapi dia juga mengajak aku serta. aku agak ragu kupikir kawannya anak FK. kapok jalan rame-rame sama anak FK pada saat jalan-jalan pun mereka masih ngomong kuliah itu yang di kota aku seh. belum pernah sama yang di jakarta ini. sempat bengong khan malu juga. palingan supaya ga bengong aku nnya sama mereka istilah-istilah yang aku ga ngerti. tapi tetap aja ga enak. tapi lina bilang kawannya bukan anak FK melainkan teman SMU-nya.akhirnya aku setuju. cuma waktu dan tempat belum disepakati. terakhir aku minta doa sama kawan ini. semoga dia mau mendoakan.
malamnya waktu pulang dari kantor Ikli sms mengabarkan akan ke jakarta hari ini sama tunangannya. dia minta ijin untuk nginap dirumah aku. pertama kuijinkan, tapi pas kubilang sama mama, mama bilang keadaan saat ini ga memungkinkan karena banyak saudara yang sedang menginap. ya udah kupikir aku akan ngajak nginap di kantor aja tapi ternyata juga ga mungkin. payah semuanya berantakan.
paling akan ku sarankan untuk menyewa hotel buat Ka nani.
malam pas pulang mama curhat sama aku mengenai banyak hal. sebetulnya lagi ga mood seh tapi mau gimana lagi, sayang mama dia capek kerja seharian dan butuh teman curhat. sampe jam 11 malam mama curhat. abis tuh aku gubah lagu-lagu aksi mahasiswa untuk kebutuhan dinamisator lapangan nanti. aku gubah karena massa Acheh ini lumayan lain daripada yang lain. mereka udah cukup semangat dengan lagu Hikayat Perang Sabil. tapi aku sendiri ga enak dengan lagu yang itu-itu aja. jadi ku tulis terus rencananya akan kuketik dan ku perbanyak buat massa lagipula supaya mereka bisa menambah perbendaharaan lagu mereka.
tadi pagi aku dibangunkan untuk shalat shubuh, oma, payah kali mama neh, aku tidur jam satu dan jam 5 udah dibangunin dengan teriak pula. sakit kepala jadinya. tapi kemudian aku ga nyangka tiba-tiba dapat rejeki nomplok dari om hendi. lumayan besar. hehe3x senang kali, memang Allah tu baik kali sama aku
time to work.

Wednesday, June 15, 2005

Selamat pagi dunia!

hari ini tidur dikantor lagi dengan telanjang dada karena udara jakarta yang panas. hari ini bangun jam 8:45 am. tanpa banyak basa-basi langsung pake kaos, cari rokok turun kebawah ternyata si yus nawarin kopi yang dari semalam kuminta bikinin. pas lah pagi tanpa ngopi seperti siang tanpa matahari.
abis tuh gangguin kawan yang lagi cek friendster pura-puranya minta buka google untuk cari tahu dari negara mana presiden UE sekarang, buka email yahoo, buka email gmail dan efektif dia langsung menawarkan komputer itu sepenuhnya kupegang. hehehe. dasar pengganggu! sekarang baru aja selesai ngelanjutin tugas translit pernyataan ke dalam bahasa inggris.
mama sms "kenapa semalam ga pulang?" ku jawab " banyak tugas mam".
belum ada tugas lanjutan, agenda berikutnya adalah makan pagi yang dirapel dengan makan siang.
btw kayanya ada yang ga lengkap......apa yah?
cuma Allah yang tahu =).

Tuesday, June 14, 2005

what a tired day.

hari ini aku ke taman mini rapat lagi rapat lagi, dari kantor jam setengah satu siang dengan KO dan YS. enaknya rapat kali ini lebih konkrit. usulku diterima untuk bertandang ke kedutaan australia dan belgia. ditambah aku menjadi juru bicara dalam aksi kali ini. sialnya aku ga bisa banyak nulis detail-detail rapat di blog ini. padahal pengen banged.
pulangnya kami kembali makan di warung acheh di dekat taman mini. heran aku ga bosan-bosan sama mie acheh dan kopinya itu bukan mentang-mentang orang Acheh tapi apa memang mentang-mentang orang acheh? ga tau cuma aku betul-betul menikmatinya. setiap kali aku makan masakan acheh dan kopinya setiap kali itulah aku merasakannya seerti pertama kali mencicipinya.
kami ditraktir sama B.F emang bos yang satu ini baik kali mudah kali dia keluar uang. hari ini kali pertama aku liat istri dan anaknya dan hari ini aku baru tahu kalau dia juga punya rumah makan acheh lengkap dengan kopinya. dia mengundang aku untuk datang ke warungnya. yang paling takjub adalah ternyata dia mempercayakan usahanya itu pada keluarga korban tsunami. o ma mulia kali kawan ni. istrinya yang mengatakan itu.
pas baru datang aku liat timpan disitu, aku langsung teringat dengan kawan katanya dia mau jaga di RSCM katanya dia suka ngemil ya udah ga pikir panjang kubeli langsung. pulang dari itu kami naik taksi. agak kesal juga seh karena diajak putar-putar sama supir tu. begitu sampe aku langsung pergi ke RSCM untuk memberikan Timpan yang kujanjikan. heran aku liat kawan ni, ga ada keliatan muka capek dimukanya. padahal kawan aku Ikli selalu keliatan capek, jangankan mau jaga, abis pergi-pergian aja langsung tidur kawan tu. btw apa seh rahasianya lin?
abis itu aku balik lagi ke kantor untuk ngerjain tugas yang baru aku dapat di warung acheh. iseng-iseng aku minta pulsa sama senior atau lebih tepat orang yang udah kuanggap abang kandung aku yang udah kerja di Kalimantan ternyata langsung dia kasih. tau gitu langsung aja kuminta dari kemarin he3x. Thanks bang!
sekarang baru selesai ngerjain tugas setelah berulang-ulang koreksi, buang-buang kertas dan tinta printer karena salah. rokok udah abis, terus jadi mau tau lina lagi ngapain telpon lah, tapi sayang dia lagi sibuk mau nyuntik pasien, sesuatu yang masih gue takuti sampe saat ini. asal tau aja gigi gue yang baru tumbuh tidak pada tempatnya belum gue cabut karena takut disuntik. masih ada tenaga sedikit tulis blog.
good bye yesterday.....time to sleep. whoooaaaahhhhhh.......
thats all.
zzzzzzzzz..........zzzzzzzzzz.......zzzzzzzzzzzzz

Monday, June 13, 2005

Such a Lovely Night

Hari-hari terakhir paska perundingan putaran IV Helsinski adalah hari yang sibuk buat aku. banyak yang harus aku kerjakan demi terciptanya perdamaian di bumi Acheh.
terakhir adalah hari kamis 11 juni 2005 kemarin dimana aku harus pergi ke jakarta untuk mengadakan diskusi setelah beberapa hari bertemu dengan kawan-kawan prodemokrasi di kota tempatku kuliah.

tapi memang Allah maha adil, sebegitu sibuknya aku tapi Dia memberi sedikit kebahagiaan buat aku, tahu apa itu? ketika sabtu aku sms seorang kawan mengabarkan aku mau kejakarta dia mengajak aku untuk menemaninya ke resepsi pernikahan kawannya. setelah kami gagal bertemu pada hari Rabu malam untuk makan malam bersama. aku kaget ternyata penampilan betul2 awesome, baru kali ini aku lihat dia dewasa dan betul2 perempuan dalam arti sesungguhnya. biasanya aku melihat dia ga beda dengan mayoritas "girl" pada umumnya kekanak-kanakan dsb.

malam itu dia cantik. matanya memancarkan kebahagiaan ketika dia reuni dengan kawan-kawan SD-nya. yah sebagai kawan aku cukup senang melihat dia bahagia. setelah beberapa waktu aku dianggap gagal menyenangkan perempuan dan sialnya itu mantan aku. Dia sekali lagi berhasil membangkitkan kepercayaan diri aku. Such a lovely night that I ever had.

kawan ini baik sekali sama aku, dia banyak bantu aku dalam banyak hal. kami ketemu waktu tugas sebagai relawan di Acheh. waktu itu aku ditempatkan sebagai koordinator relawan medis dalam group, padahal aku bukan mahasiswa kedokteran atau dokter, hanya karena badan aku kurus dan aku memang paling malas dalam bidang kerja berat, dan orang-orang ini anggap aku lemah hehe3x gapapalah daripada capek. mereka pikir kerja medis itu ringan padahal kerja yang menggunakan akal jauh lebih sulit ketimbang kerja dengan otot. lagipula aku ini tipe orang di belakang meja. walaupun aku suka memimpin aksi massa.

balik lagi ke kawan aku ini, aku sempat cinlok ke dia, padahal waktu itu aku sudah punya orang yang kuanggap calon istri dan sekarang dia sudah jadi mantan calon istri alias putus. aku ga tau kenapa bisa cinlok mungkin karena kondisi disana tapi aku sadar kalo aku mengalami cinlok sama kawan ni. dan sialnya dia juga cinlok sama kawan aku yang lain, mugkin bagi dia itu bukan cinlok tapi "the real love" dan cinlok bagi sang kawan penyiar tapi ga tau juga lah mana yang bener pokonya mereka falling in love to each other. sempat cemburu seh tapi kondisi aku penuh dengan kesadaran bahwa aku kesana untuk membantu orang yang tertimpa musibah bukan buat cari pasangan.

setelah pulang dari Acheh kami tetap kontak satu sama lain via e-mail, ketemuan dan sms. sekali waktu aku jujur kalo aku sempat cinlok ke dia tapi karena kami udah cukup akrab sebagai teman jadi dia menganggap hal itu biasa aja.

waktu itu kawan ini sedang patah hati karena masalah dia dengan kawan penyiar itu, dan sebagai kawan juga orang yang pernah cinlok sama dia aku memiliki kewajiban moral untuk membantu dia. lagipula dia udah banyak bantu rakyat acheh so sebanyak apapun aku membantu dia, aku ga akan pernah bisa membalas kebaikannya.

setelah beberapa lamanya giliran aku yang ketimpa masalah patah hati, down betul dan aku ga pernah mengalami hal serupa itu sebelumnya. giliran dia bantu aku, bahkan dia bela-belain telpon aku interlokal dari jakarta hanya untuk menghibur aku.
dia banyak memberi aku kekuatan dalam menghadapi masalah ini. padahal pertama aku pikir kawan-kawan kedokteran ini orang yang individualis, seperti banyak kawan di kota aku kuliah, tapi setelah aku banyak berinteraksi dengan dia ternyata aku dapati bahwa dia memiliki jiwa sosial yang tinggi bahkan lebih tinggi dari aku.

tiba-tiba aku jadi teringat Che Guevara, pejuang argentina yang bergabung dengan revolusi Kuba di bawah pimpinan Fidel Castro. karena Che juga seorang dokter yang berjuang semenjak dia jadi mahasiswa. aku merekomendasikan dia untuk membaca buku-buku tentang Che Guevara.
lewat ini aku cuma mau bilang, Lina apa yang kamu udah lakukan ga akan pernah bisa kubalas sampai kapanpun, bahkan walaupun aku tulis nama kamu di urutan pertama daftar orang yang patut mendapat ucapan terima kasih dalam skripsi aku.
terus perjuangkan apa yang kamu yakini, karena kamu bukan orang tertindas walaupun kamu lahir dan besar di budaya konservatif seperti mayoritas orang indonesia umumnya.

jika kedua tangan kamu terlalu berat untuk suatu pekerjaan yang kamu tahu aku bisa melakukannya, kamu tahu bahwa tanganku adalah tanganmu juga, jadi jangan segan yah.