"Udep Beusaree Mate Beusadjan Sikrek Gafan Saboh Keureunda" (Hidup Bersama, mati bersama dengan selembar kain kafan dalam satu keranda. Achehnese

Tuesday, June 21, 2005

Aksi APA 20 Juni 2005

Pernyataan Sikap
SELAMATKAN RAKYAT ACHEH DENGAN PERDAMAIAN

Salam Perdamaian..... !!
Konflik antara pemerintah RI dan GAM yang telah berlangsung selama hampir 30 tahun akan menemui babak akhir dengan diadakannya perundingan damai antara RI-GAM yang difasilitasi oleh Crisis Management Initiative (CMI) pimpinan mantan president Finlandia Marti Ahtisaari. Saat ini perundingan tersebut telah melewati putaran ke IV pada tanggal 26-31 Mei 2005. Sejauh ini perundingan tersebut telah memperoleh hasil yang positif dengan diturunkannya tuntutan GAM dari kemerdekaan menjadi “pemerintahan sendiri”. Juga kemungkinan adanya tim monitoring untuk memantau berjalannya kesepakatan dari negara ketiga yaitu Uni Eropa dan ASEAN, dan berbagai kesepakatan lainnya.
Seiring dengan positifnya hasil dialog sementara yang sedang berlangsung antara RI dan GAM, meningkat pula optimisme rakyat Acheh akan terciptanya perdamaian abadi di bumi Acheh yang hancur lebur akibat konflik dan bencana Tsunami. Akan tetapi ditengah-tengah harapan ini muncul suara-suara yang tidak enak dari senayan yang menyuarakan sikap anti terhadap perundingan.
Sikap anti perundingan Helsinski ini tercermin lewat opini-opini miring yang dilontarkan oleh individu-individu yang duduk di DPR RI (komisi I) dan pihak TNI. Sikap ini merupakan bentuk pengingkaran atas amanat MPR yang dituangkan TAP MPR-RI No.X/MPR/2001 dan TAP MPR No.VI/MPR/2002 tentang “penyelesaian masalah Acheh secara damai dan bermartabat” untuk penyelesaian konflik acheh. Rakyat Acheh yang sedang berharap cemas menanti perdamaian dari perundingan ini sangat kecewa dengan sikap anti perdamaian yang dilontarkan oleh mereka yang notabene bukan berasal dari Acheh dan tidak mengerti masalah Acheh. Hal ini dapat membahayakan bagi kelanjutan usaha damai karena dapat merusak konsentrasi kedua belah pihak dalam merumuskan berbagai kesepakatan yang akan memberi peluang pada rakyat Acheh untuk kembali menikmati perdamaian. Sikap ini juga dapat menjadi landasan bagi TNI/Polri untuk kembali melancarkan perang di bumi Acheh.
Sejarah jelas mengatakan bahwa Konflik Acheh tidak pernah bisa diselesaikan dengan jalan perang. Perang, apapun alasannya hanya akan menghasilkan penderitaan dan menimbulkan bencana kemanusiaan. Perdamaian hanya bisa diraih lewat dengan jalan damai yaitu perundingan.

Oleh karena itu kami dari Acheh Peduli Acheh (APA) akan menyampaikan beberapa tuntutan:

Mengecam keras sikap anti perdamaian yang dilancarkan oleh DPR RI komisi I dan TNI yang bertentangan dengan TAP MPR-RI No.X/MPR/2001 dan TAP MPR No.VI/MPR/2002

Mendesak DPR RI dan TNI untuk menghormati dan mendukung Perundingan Helsinski serta menjalani apapun hasil kesepakatan dari perundingan tersebut.

Mendesak kepada pemerintah RI dan GAM untuk segera melakukan Gencatan Senjata dan tetap melanjutkan perundingan hingga tercapainya kesepakatan damai antara kedua belah pihak.

Menyerukan kepada pemerintah RI agar tidak membatasi peran Uni Eropa dan ASEAN sebagai pemantau kesepakatan termasuk memberi ijin dalam membawa perlengkapan militer sehingga dapat melindungi diri dari pihak-pihak yang ingin mengacaukan jalannya kesepakatan, sehingga tercapai hasil yang efektif dalam proses damai Acheh.

Menyerukan kepada badan-badan internasional khususnya PBB untuk memantau perkembangan konflik Acheh dan meminta untuk segera melakukan intervensi secara langsung apabila perundingan terancam gagal.

Mendesak kepada AS agar segera menghentikan kerjasama militer dengan Indonesia selama TNI masih melakukan pelanggaran HAM di Acheh dan daerah konflik lainnya.

Menyerukan kepada masyarakat Indonesia dan internasional agar turut berperan serta secara aktif dalam mendukung penyelesaian konflik Acheh secara damai demi kelancaran rekonstruksi Acheh paska Tsunami


KHRONOLOGIS AKSI

Aksi masyarakat Acheh yang tinggal di Jakarta yang tergabung dalam Acheh Peduli Acheh (APA), berlangsung pada hari Senin, 20 Juni 2005. Aksi bertemakan “Selamatkan Rakyat Acheh Dengan Perdamaian” ini dimulai pada
pukul 11:00
Massa APA berkumpul gedung MPR/DPR RI Jakarta pusat. Massa berkumpul lebih 200 orang di halaman gerbang utama gedung MPR/DPR RI,

Aksi ini dilakukan untuk merespon wacana-wacana yang dikembangkan oleh DPR RI komisi I dan TNI. Kedua pihak tersebut mencoba menggagalkan perundingan damai yang sedang berjalan di Helsinski.

Di halaman gedung MPR-DPR RI tersebut, massa aksi melakukan pembentangan poster-poster pro damai, spanduk dan baliho anti perang di Acheh.

Peserta aksi yang melakukan orasi diantaranya, Fauziah yang merupakan aktivis Putroe Acheh untuk Keadilan (PAK), Rasyidin dan Helmy dari Ikatan Pemuda Acheh Bandung (IKAPA). Peserta aksi juga menyanyikan lagu-lagu perdamaian yang digubah dari lagu-lagu demonstrasi mahasiswa Prodem.

Fauziah walaupun sedang dalam keadaan hamil muda beliau tetap semangat dan tidak nampak lelah dalam menyampaikan orasi-orasi perdamaian. Dalam orasinya beliau memperlihatkan kekecewaannya terhadap anggota DPR RI Komisi I.
Sementara Rasyidin dari IKAPA menekankan orasinya pada pemilu, dia mengatakan “ wahai Agung Laksono apakah kamu masih ingin mendapat suara di Acheh? Jika kamu tidak sepakat dengan perdamaian jangan salahkan kami tidak akan mendapat suara di Acheh dan rakyat Acheh akan Golput!” Helmy yang juga dari IKAPA bandung, dalam orasinya mengatakan “Agung Laksono dan Permadi tidak pantas bicara mengenai Acheh karena mereka bukan berasal dari Acheh dan tidak mengerti persoalan Acheh, mereka belum pernah merasakan bagaimana melihat bapaknya, ibunya, saudaranya mati karena konflik! Apa perlu kita bawa perang ke kampung mereka agar mereka merasakan hal tersebut? TNI juga tidak pantas bicara mengenai Acheh karena mereka bertanggung jawab atas tewasnya ribuan rakyat Acheh dan pemerkosaan ribuan inong Acheh selama DOM dan DM. Orasi berjalan tanpa henti selama satu jam secara bergantian dan sesekali diringi yel-yel perdamaian.

Meski spanduk agak telat datang, akan tetapi hal ini tidak menjadi masalah, karena peserta aksi telah disiapkan poster-poster perdamaian diantaranya bertuliskan “KAMI INGIN DAMAI TITIK!!!”, “PEMERINTAH RI ABAIKAN MEREKA YANG TIDAK SETUJU TERHADAP PERUNDINGAN” dan diantaranya ada beberapa tulisan yang berbentuk goresan darah seperti “PERANG ITU KEJAM JENDRAL”, “WAHAI JENDRAL BELUM PUASKAH KAU MINUM DARAH KAMI?”
Pukul 11: 30
Sekitar spanduk dan baliho mulai berdatangan ada yang panjangnya 20 meter bertulisakan “HENTIKAN PERANG! LANJUTKAN PERUNDINGAN DAMAI DEMI RAKYAT ACHEH” dan sebuah baliho besar berisikan tujuh poin tuntutan.

Pukul 12:00
massa aksi kemudian meninggalkan gedung DPR dengan meninggalkan beberapa spanduk pendek di pagar gedung DPR. Pukul 12:20 mereka tiba di Bunderan HI kemudian melanjutkan perjalanan dengan long march ke Kedubes Jepang, disana mereka selama 20 menit berorasi meminta kepada negara-negara donor agar ikut terlibat aktif dalam perundingan damai. Kemudian massa melanjutkan aksinya ke gedung PBB, pada pukul 13:00
mereka tiba di gedung PBB dan selama 30 menit mereka menyanyikan lagu Hikayat Perang Sabi dan kemudian membacakan pernyataan sikap dalam bahasa Inggris yang dibacakan oleh Helmy.

pukul 14:00
Aksi Berakhir di jalan di persimpangan jalan dekat gedung PBB. Rencana aksi ke kedubes Inggris dan AS dibatalkan karena sebagian besar massa aksi mengalami kelelahan sehingga panitia aksi tidak tega walaupun massa masih menunjukkan semangat untuk melakukan aksi.


Jakarta 20 Juni 2005
Acheh Peduli Acheh (APA)