"Udep Beusaree Mate Beusadjan Sikrek Gafan Saboh Keureunda" (Hidup Bersama, mati bersama dengan selembar kain kafan dalam satu keranda. Achehnese

Monday, June 13, 2005

Such a Lovely Night

Hari-hari terakhir paska perundingan putaran IV Helsinski adalah hari yang sibuk buat aku. banyak yang harus aku kerjakan demi terciptanya perdamaian di bumi Acheh.
terakhir adalah hari kamis 11 juni 2005 kemarin dimana aku harus pergi ke jakarta untuk mengadakan diskusi setelah beberapa hari bertemu dengan kawan-kawan prodemokrasi di kota tempatku kuliah.

tapi memang Allah maha adil, sebegitu sibuknya aku tapi Dia memberi sedikit kebahagiaan buat aku, tahu apa itu? ketika sabtu aku sms seorang kawan mengabarkan aku mau kejakarta dia mengajak aku untuk menemaninya ke resepsi pernikahan kawannya. setelah kami gagal bertemu pada hari Rabu malam untuk makan malam bersama. aku kaget ternyata penampilan betul2 awesome, baru kali ini aku lihat dia dewasa dan betul2 perempuan dalam arti sesungguhnya. biasanya aku melihat dia ga beda dengan mayoritas "girl" pada umumnya kekanak-kanakan dsb.

malam itu dia cantik. matanya memancarkan kebahagiaan ketika dia reuni dengan kawan-kawan SD-nya. yah sebagai kawan aku cukup senang melihat dia bahagia. setelah beberapa waktu aku dianggap gagal menyenangkan perempuan dan sialnya itu mantan aku. Dia sekali lagi berhasil membangkitkan kepercayaan diri aku. Such a lovely night that I ever had.

kawan ini baik sekali sama aku, dia banyak bantu aku dalam banyak hal. kami ketemu waktu tugas sebagai relawan di Acheh. waktu itu aku ditempatkan sebagai koordinator relawan medis dalam group, padahal aku bukan mahasiswa kedokteran atau dokter, hanya karena badan aku kurus dan aku memang paling malas dalam bidang kerja berat, dan orang-orang ini anggap aku lemah hehe3x gapapalah daripada capek. mereka pikir kerja medis itu ringan padahal kerja yang menggunakan akal jauh lebih sulit ketimbang kerja dengan otot. lagipula aku ini tipe orang di belakang meja. walaupun aku suka memimpin aksi massa.

balik lagi ke kawan aku ini, aku sempat cinlok ke dia, padahal waktu itu aku sudah punya orang yang kuanggap calon istri dan sekarang dia sudah jadi mantan calon istri alias putus. aku ga tau kenapa bisa cinlok mungkin karena kondisi disana tapi aku sadar kalo aku mengalami cinlok sama kawan ni. dan sialnya dia juga cinlok sama kawan aku yang lain, mugkin bagi dia itu bukan cinlok tapi "the real love" dan cinlok bagi sang kawan penyiar tapi ga tau juga lah mana yang bener pokonya mereka falling in love to each other. sempat cemburu seh tapi kondisi aku penuh dengan kesadaran bahwa aku kesana untuk membantu orang yang tertimpa musibah bukan buat cari pasangan.

setelah pulang dari Acheh kami tetap kontak satu sama lain via e-mail, ketemuan dan sms. sekali waktu aku jujur kalo aku sempat cinlok ke dia tapi karena kami udah cukup akrab sebagai teman jadi dia menganggap hal itu biasa aja.

waktu itu kawan ini sedang patah hati karena masalah dia dengan kawan penyiar itu, dan sebagai kawan juga orang yang pernah cinlok sama dia aku memiliki kewajiban moral untuk membantu dia. lagipula dia udah banyak bantu rakyat acheh so sebanyak apapun aku membantu dia, aku ga akan pernah bisa membalas kebaikannya.

setelah beberapa lamanya giliran aku yang ketimpa masalah patah hati, down betul dan aku ga pernah mengalami hal serupa itu sebelumnya. giliran dia bantu aku, bahkan dia bela-belain telpon aku interlokal dari jakarta hanya untuk menghibur aku.
dia banyak memberi aku kekuatan dalam menghadapi masalah ini. padahal pertama aku pikir kawan-kawan kedokteran ini orang yang individualis, seperti banyak kawan di kota aku kuliah, tapi setelah aku banyak berinteraksi dengan dia ternyata aku dapati bahwa dia memiliki jiwa sosial yang tinggi bahkan lebih tinggi dari aku.

tiba-tiba aku jadi teringat Che Guevara, pejuang argentina yang bergabung dengan revolusi Kuba di bawah pimpinan Fidel Castro. karena Che juga seorang dokter yang berjuang semenjak dia jadi mahasiswa. aku merekomendasikan dia untuk membaca buku-buku tentang Che Guevara.
lewat ini aku cuma mau bilang, Lina apa yang kamu udah lakukan ga akan pernah bisa kubalas sampai kapanpun, bahkan walaupun aku tulis nama kamu di urutan pertama daftar orang yang patut mendapat ucapan terima kasih dalam skripsi aku.
terus perjuangkan apa yang kamu yakini, karena kamu bukan orang tertindas walaupun kamu lahir dan besar di budaya konservatif seperti mayoritas orang indonesia umumnya.

jika kedua tangan kamu terlalu berat untuk suatu pekerjaan yang kamu tahu aku bisa melakukannya, kamu tahu bahwa tanganku adalah tanganmu juga, jadi jangan segan yah.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home