"Udep Beusaree Mate Beusadjan Sikrek Gafan Saboh Keureunda" (Hidup Bersama, mati bersama dengan selembar kain kafan dalam satu keranda. Achehnese

Friday, May 13, 2005

Little spirit after the damned cold night.

setelah aku pulang dari warnet semalam, aku putuskan untuk tidak pergi ke rumah saudaraku, karena kupikir sudah jam satu lewat, bukan waktunya bertamu, akhirnya kuputuskan untuk tetap tinggal di "sarang komunis" itu. sampai disitu aku mendapati anak papua sedang mempersiapkan spanduk dan perlengkapan aksi lainnya, mereka akan aksi hari ini. lalu kuputuskan untuk tetap tinggal. sambil iseng aku meminta sisa cat spanduk untuk menuliskan propaganda tentang wilayah yang sedang bergolak di wilayah ini. "Peace For...... Now", "Kami sudah bosan perang" -rakyat......-, "I-G berdamailah", "wujudkan damai di.....".
hehe, enak juga coret-coret kampus orang. besar-besar kutulis. seni vandalisme begitu katanya. iwan fals bahkan sempat membuat lagu tentang vandalisme dengan judul "Coretan Dinding"
kalo ga salah liriknya seperti ini:
coretan di dinding membuat resah
resah hati pencoret mungkin ingin tampil
tapi lebih resah pembaca coretannya,
sebab coretan dinding,
adalah pemberontakan kucing hitam!
yang terpojok di tiap tempat sampah...di tiap kota
musuhnya adalah penindas yang menganggap remeh
Coretan dinding kota...

Aku pikir kita harus bisa melawan, apapun bentuk berlawanan kita, ketika bahkan kita tidak memiliki kemampuan. lakukan apa yang bisa kita lakukan.
sementara unit kebudayaan daerah yang bermasalah itu tidak berbuat apa-apa. they just do traditional art dance, unpolitical activity yang bagi aku manfaatnya sedikit sekali untuk rakyat.
kalau saja mereka mau memiliki sedikit sikap politis yang tegas, maka hal itu akan bisa memberi warna pada kegiatan budaya mereka, tidak hanya menjadi hiburan belaka.

kata iwan fals betul, coretan itu buat resah, karena aku resah merasa ga enak dengan unit daerah tersebut. akan tetapi aku pikir jika aparat melihat itu mereka akan lebih resah lagi karena perlawanan kami telah mencoba menarik massa yang lebih luas, bayangkan jika suatu saat mahasiswa kampus tersebut tergerak untuk menuntut perdamaian di daerah bergolak tersebut tanpa ada keterlibatan dari orang yang berasal dari daerah tersebut, apa yang mau mereka bilang? hal ini akan membuat mereka bingung, karena dalih mereka selama ini pemberontakan harus ditumpas dengan jalan militeristis dan (katanya) tindakan mereka direstui oleh sebagian besar rakyat yang memang jauh dari kesadaran politis.
menjelang tidur aku sedikit diskusi dengan anggota serikat pengamen asal Jogja, Unyil namanya. kecil, rambutnya panjang dan bertato. aku tidur sekitar jam setengah empat pagi padahal esoknya kami akan aksi.
bangun tidur tanpa sempat mikir mandi aku langsung beli roti, rokok dan kopi susu. lumayan buat mengisi perut yang lapar.
jam sembilan kami mulai berkumpul di gerbang kampus, rencananya aksi akan dimulai. tapi tahu sendirilah watak orang melayu, acara jam 9 kumpul jam 11 belum lagi hari ini jumat.
aku bersama anak papua serta anak organ kiri diskusi mengenai khilafah Islamiyah, karena anak Papua ini kristen jadi dia tidak tahu apa-apa mengenai khilafah, yah aku coba jelaskan sedikit semampu aku.
dalam diskusi tersebut intinya kami dalam banyak hal sepakat mengenai konsep tersebut, akan tetapi kami tidak sepakat dengan metode gerakan kelompok Islam dalam memperjuangkannya, karena mereka cenderung berpatron ke Arab, pola-pola Arabisasi yang mereka terapkan dsb. memang Islam turun di Arab, tapi bukan berarti kita harus mengikuti (maaf) berak dan kencing gaya Arab. kalau ditilik lebih jauh kenapa Islam turun di Arab kan karena Arab pada masa itu adalah sejahil-jahil manusia yang ada di muka bumi. kalau indonesia pada masa itu orangnya lebih Jahil dari Arab mungkin Islam turun di Indonesia.
setelah Jumat kami memulai aksi salah seorang kawan ada yang mengenakan pakaian adat papua dan membawa panah, panjang kali panahnya beracun pula, jadi ga sanggup bayangin TNI yang mati kena panah itu sama OPM.
kami memulai aksi sekitar 20 orang sedikit banget yah. tapi aku tidak terlalu mempersoalkan jumlah orang yantg tergabung dengan Garis Massa. aku percaya bahwa perubahan dimulai oleh creative minority dan tiap-tiap orang yang bergabung dalam suatu aksi massa adalah kekuatan inti dari revolusi.
orasi pertama aku di gerbang kampus tadi tidak begitu bagus, akan tetapi begitu berhenti di depan mall pertama dan popoler di kota ini, entah kenapa ada api kecil yang dalam jiwa dan menyala. sehingga menyebabkan aku begitu berapi-api dalam orasi, bahkan orasi aku berhasil mempengaruhi mereka (anak papua) berteriak Merdeka!. hehe dasar provokator.
well sekian dulu, capek ngetiknya neh, sebetulnya masih banyak.
ps: to my lovely dhee, i hope u see me on TV this evening.
I wish u joined the action and u will see the better orations then last action.
I Love you yesterday, today, tomorrow and Forever.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home