"Udep Beusaree Mate Beusadjan Sikrek Gafan Saboh Keureunda" (Hidup Bersama, mati bersama dengan selembar kain kafan dalam satu keranda. Achehnese

Wednesday, May 30, 2007

Acheh Political trip

Finally, aku kembali ke Acheh untuk sebuah perjalanan politik dimulai pada jumat 23 Maret 2007 dimana aku memulai pagi dengan sebuah perjalanan ke Bandara. Adam Air yang kunaiki pagi itu rupanya hampir membawa maut. Kompresor dan AC Boeing 737-400 yang berangkat pagi itu rusak. Tekanan begitu tinggi di dalam kabin pesawat. Anak kecil mulai berteriak dan menangis. Telingaku terasa sakit karena tekanan, pembuluh kapiler di hidungku pecah sehingga mengucurkan darah yang lumayan deras. Penumpang disebelah aku berbaik hati untuk berbagi tissue. Cukup tegang pagi itu. 20 menit lamanya kami terbang tapi dengan terpaksa pesawat tersebut haru kembali ke bandara Soekarno Hatta untuk mengganti pesawat. Pihak Adam Air memang tidak cukup bertanggung jawab atas keselamatan penumpangnya, mereka hanya memberikanku segumpal kapas untuk menyerap darah yang mengalir tak henti dari hidungku.
Akhirnya sekitar pukul sebelas aku tiba dibandara Sultan Iskandar Muda. Yahwa Sabri menjemputku. Sebentar beristitarat dan mengirim sms laporan kepada Standing Comitte Ruslan Razali
“Bang, Lon ka troh bak Kutaradja, siap menjalankan perintah namun mohon izin waktu untuk menengok keluarga. Laporan Selesai”.
Bang Ruslan menjawab:
“Perintah pertama, segera shalat Jumat.”
Hari pertama aku meminta bang Mimi abang sepupuku untuk menjemputku. Tak tanggung-tanggung bang Mimi menjemput pakai truk Colt karena bang Mimi berdagang kayu. Truk itu digunakan untuk mengangkut pesanan pembeli hari itu bang Mimi mentraktir ku kopi dan durian, selepas itu kebiasaan lama terulang lagi. tak lupa kutengok keluarga di Lambaro Samahani yang merupakan abang sepupu ayahku.
Aku tak menginap di Samahani, sore itu juga aku langsung kembali ke Banda Acheh, Bang Said Fadhil sedang ada di Banda Acheh untuk acara pernikahan bang Iwan Tambo di Masjid Raya Baiturrahman. kali pertama semenjak awal perjuangan kami berjumpa di Acheh bagiku ini suatu momen penting, karena bagiku Bang Said Fadhil adalah abang, senior sekaligus mentor politik. Kami berjumpa di halaman Masjid Raya Baiturrahman. dia membawa calon istrinya cantik juga. Seorang perempuan berdarah arab sama seperti bang Said.
Tak lama kami berjumpa sekitar 45 menit aku pun kembali pulang rumah Yahwa Sabri.kami janji untuk jumpa lagi di KPA.
Esoknya aku datang ke resepsi pernikahan bang wan tambo. Sepupuku Dian mengantarkan sampai KPA Pusat Lamdingin karena kebetulan acaranya tak jauh dari KPA. Tak sengaja aku berjumpa dengan Bang Asmara, seorang kawan yang ku kenal sewaktu kami bermarkas di Jakarta.
“Hai orang Acheh keturunan Sunda!!!” berteriak dengan mulut terbuka lebar seakan lupa kalau gigi depan bagian atas tengah-nya sudah hilang akibat dipopor bedil Pai sewaktu masa demonstrasi marak di Banda Acheh.
Maybe it’s the first time for me to see the wedding in Achehnese culture. Sangat megah yang upacara Intat Linto lihat waktu itu dimana sang pengantin lelaki mendatangi rumah pengantin wanita disambut dengan tari-tarian. Bang Iwan menggunakan pakaian adat Acheh yang seperti yang digunakan oleh Bang Wandi dan Bang Nazar dalam Pilkada 2006 kemarin. Dan aku menjadi fotografer tak resmi dalam pernikahan tersebut. jadi berkhayal kapan aku bisa menyusul seperti ini. hehehehe
Siangnya aku langsung menuju sekretariat KMPAN yang saat ini beroposisi dengan SIRA. Sebenarnya sikap politik aku berbeda dengan mereka tapi tak mungkin aku bermusuhan karena sebagian besar dari mereka adalah alumni Bandung yang bersebrangan dengan Nazar. Karena dekat dengan Darusalam dan aku memiliki adik sepupu yang kuliah di sana Rian, aku menelpon dan bertemu untuk waktu kurang dari lima menit. Aku dan Zahri berkeliling Banda Acheh. sore harinya kami ke Pantai Ulee Lheu. Disana kemudian aku berkenalan dengan Eli gadis Acheh yang sedang berdua dengan kawannya. Manis juga lumayan buat teman.
Aku pulang dari Sabang karena staf khusus Gubernur bang Faisal Ridha menelponku untuk sebuah tugas dengan amat sangat terpaksa tanggal 29 aku kembali ke Banda Acheh untuk panggilan tugas. tanggal 29 kami melakukan pertemuan dengan seorang pengacara Internasional Bede Shepard asal Selandia Baru untuk membahas progress gugatan terhadap perusahaan Exxon Mobil Oil yang bertanggung jawab mendanai militer Indonesia yang kemudian melakukan pelanggaran HAM terhadap rakyat Acheh.
Tanggal 30 aku kemudian menemui seorang petinggi KPA wilayah Acheh Rayeuk Merizal, seorang anggota GAM yang memiliki kapabilitas intelektual serta wawasan yang luas. Selama aku bergabung dengan para pelarian di Jakarta aku banyak berdiskusi dengan bang Merizal bahkan bekerja sama menjalankan aksi desakan damai untuk Acheh sebelum penandatangan MoU Helsinki 15 Agustus 2005.
Dalam hari yang sama aku kembali bertemu dengan kawan dari Jakarta Amin seorang anggota GAM yang juga lulusan sebuah akademi Maritim di Jakarta yang kukenal sewaktu aksi terakhir desakan pengesahan RUU PA 17 Mei 2006. kami kemudian pulang kerumah yahwa Sabri untuk mencuci bajuku dan kemudian aku menuju Samahani bertemu dengan bang Mimi dan menginap dirumahnya.
Esoknya aku menemui neknya, adik dari almarhum nenekku. Ketika sedang asyik ngobrol dengan neknya, tiba-tiba HP ku berdering, sebuah nama muncul di layar, ternyata Bang Ruslan Razali.
“droen na dipat posisi nyoe?”
“Lon bak Gampong Samahani bang, peu na?”
“Abang neu jak ue Bireuen, peu na jak cit?
“Oh Jeut, kiban cara?”
“Preh lon bak bineh jalan raya Medan-Banda Acheh”
“ Ok Bang”
Beliau mengajakku ke Bireuen untuk membantu sebuah acara pelatihan buat mantan pasukan TNA. Bang Ruslan menjemputku langsung di pasar Samahani. Amin pun kuajak karena memang Amin juga orang Bireuen sekalian pulang kampunglah. Dengan amat terpaksa aku harus mohon diri pada neknya. Bahkan perlengkapan mandiku pun tertinggal. Pada saat bersamaan dengan tibanya mobil bang Ruslan di Samahani ternyata juga tiba mobil Yahwa Sabri di pasar Samahani, aku tak sempat berbasa-basi karena terburu-buru keadaannya bahkan kopi pagi pun tak habis kunikmati.
Perjalanan dari Samahani-Bireuen kunikmati betul, karena kali dengan kendaraan pribadi dan kebetulan aku duduk di depan. Dua hari aku di Bireuen menginap di hotel dan makan gratis (hehehe dasar Mahasiswa!!!) tak lupa kumanfaatkan pertemuan dengan para petinggi GAM setempat. Tak lupa aku pun mencicipi Sate Matang, dia kota keciil Matang Geuleumpang Dua
Dalam perjalanan pulang dari Bireuen menuju Banda Acheh aku singgah sejenak di Sigli untuk menemui Nunuk kawan yang kuanggap sebagai adik dan kutemui di Bandung. Tak lama kami berjumpa sekitar 15 menit. Akhirnya aku kembali ke Banda Acheh. di Banda Acheh aku sempat singgah di kantor The Olof Palme International Center untuk mencari bahan skripsi. Dan aku menemui beberapa bahan yang tak terduga dan kujamin sulit ku dapat di Bandung ataupun Jakarta sebuah buku mengenai analisa transisi Demokrasi di beberapa Negara tulisan David Betham. Thanks to Bang Taufik Abda dan Bang Tami yang sudah mengajakku dan meminjamkan beberapa buku untuk bahan skripsi. Ok sampai disini dulu sementara nanti kulanjutkan lagi.

2 Comments:

Blogger tedybanka said...

My, gimana kbr lu skrg?
Bikin dunk tulisan soal Aceh skrg..gw pgn tau dr perspektif lu. Kemaren waktu chat kurang jelas..
Kpn ke bdg?

10:06 AM

 
Blogger yanmaneee said...

jordans
golden goose outlet
jordan sneakers
hermes belt
yeezy shoes
stephen curry shoes
supreme
jordan shoes
hermes handbags
hogan outlet online

11:52 AM

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home