"Udep Beusaree Mate Beusadjan Sikrek Gafan Saboh Keureunda" (Hidup Bersama, mati bersama dengan selembar kain kafan dalam satu keranda. Achehnese

Wednesday, October 12, 2005

Ketaatan tiba-tiba?

pada masa Ramadhan seringkali muncul euforia berlebihan terhadap agama. Islam yang pada bulan-bulan yang tidak ngetren, tiba-tiba menjadi memegang sebuah peranan penting. tiba-tiba Dai menjadi idola, tiba-tiba semua pembicaraan mengenai agama menjadi membumi dikalangan masyarakat. artis yang biasa berpose minim tiba-tiba menjadi begitu tertutup, berpakaian islami menjadi kebiasaan yang lumrah di masa Ramadhan, bahkan pemabuk pun tiba-tiba menjadi orang yang shaleh.akan tetapi ketika Ramadhan terlewatkan tren tersebut ditinggalkan? sekian tahun aku mengamati ini dan aku bingung mengapa bisa begini?
apakah hanya ketika bulan Ramadhan tiba kita harus menjalani perintah agama? apakah hanya pada bulan Ramadhan agama menjadi sebuah isu yang begitu populis?
mungkin aku akan dinilai berlebihan bagi seorang muslim yang menjalankan agama hanya karena orangtuanya muslim. tapi tidak bagi Ibnu Sina yang telah melalui proses pencarian yang panjang mengenai tuhan. tidak bagi Musa yang menolak tunduk pada tuhan orangtuanya setelah ia memikirkannya secara rasional.
tidak mudah bagi aku untuk mengamalkan sesuatu yang belum kuketahui alasannya.
ketika aku mencari dan menemukan bahwa yang menjaga manusia dari perbuatan keji dan munkar tidak hanya semata-mata karena tekunnya ia menjalankan ritual agama, akan tetapi banyak faktor. keadaan ekonomi, lingkungan sosial, pendidikan dan itu memiliki sangat berpengaruh besar dalam kehidupannya. sangat kecil kemungkinannya bagi seorang yang mapan melakukan tindak kriminal perampokan. kecil kemungkinannya seorang yang tinggalk dan besar di lingkungan yang buruk tidak melakukan hal-hal yang buruk. banyak kasus tindak kriminal ternyata juga dilakukan oleh mereka yang rajin melakukan ritual agama. jika kita mampu berpikir panjang kita tidak akan langsung menilai secara langsung baik positif maupun negatif kepada mereka yang rajin melakukan ritual agama.
Ikli pernah mengatakan padaku bahwa penyakit pun memiliki perkembangan, misalnya penyakit yang beberapa dekade kebelakang itu mudah dideteksi, sekarang harus melewati serangkaian tes untuk memastikan bahwa penyakit itu adalah penyakit yang dimaksud. kita juga tahu seorang penderita HIV tidak pernah merasakan penyakitnya sampai ia melakukan tes.
kaitannya dengan hal ini, adalah untuk menilai seseorang butuh berbagai macam tes, sehingga faktor agama menjadi hanya salah satu dari sekian banyak perimeter yang harus kita lewati sebelum menilai baik atau buruk seseorang. dalam dunia politik kita tidak akan pernah dapat mempercayai seseorang karena agamanya, karena dalam politiklah kta bisa mengetahui bahwa agama tidak bisa menjadi patoka yang kemudian menentukan metode gerak, kotor atau bersih. dan itulah dunia nyata, kejam memang. dulu aku pernah mengagumi organ dan partai yang berlandaskan Islam, sehingga aku memiliki harapan berlebihan bahwa mereka juga akan memegang nilai Islam dalam berpolitik, akan tetapi harapanklu tidak terpenuhi, ketika berbicara politik mereka memiliki wajah yang sama dengan ideologi yang mereka musuhi sendiri. well i must face it this is the real world, Cruel World!
so if I were u, I will never happy suddenly with the people who run the religion like the soldier who obey his commander. obey without interrupting? it is an oldies way that most people had left it behind.