Speaking to Dhee -Sebuah Puncak Kecil-
D, pernah kamu mengalami merasa sudah sampai di salah satu puncak dari sekian puncak-puncak yang harus kamu lalui? Kalau belum pernah coba kamu bayangkan ketika pendakian yang kamu lalui dengan berat bersama dengan orang-orang yang kamu kasihi.
Tantangan dan hambatan satu demi satu kamu lalui tanpa pernah mengenal lelah. Pengorbanan demi pengorbanan kamu persembahkan. Menikmati manisnya luka dan nikmatnya ratusan bahkan ribuan kali terperosok kedalam semak belukar penuh onak duri. Bahkan kamu pernah mengalami suatu masa dimana kamu pernah menemui malam ketika sedang melintasi jalan setapak yang licin dan kaki mu hanya berada sejengkal ditepi jurang yang siap menelanmu kedalam perutnya. Dimasa itu kamu dapati kalau kamu sendirian tak ada sesiapapun untuk sekedar menemani kamu menunggu pagi terbit agar tak mati ditelan bumi. Dimana-kawan-kawan seperjalananmu berbelok dan berhenti bahkan meninggalkanmu.
Setelah ribuan hari yang yang kamu jalani, akhirnya kamu menyongsong puncak terkecil dari puncak terbesar yang kamu tuju. Coba kamu duduk sebentar sambil menikmati sejuknya udara di puncak tersebut. tataplah pemandangan dibawahmu, tataplah lembah-lembah yang menyaksikan dengan penuh harap akan kemenanganmu, semak belukar yang kamu taklukan. Lihat sejenak puncak terbesar yang indah dan megah yang menjadi titik terakhir tujuanmu.
Lalu tengoklah ke samping kanan, kiri dan belakangmu. Sedikit terkejut kamu dapati bahwa kamu sendirian atau paling tidak kawan yang menjadi semangat terbesar kamu dalam pendakian, orang yang kamu harapkan berada terus disampingmu selalu ternyata tak ada ia menghilang entah berbelok atau berhneti karena meragukan kemampuanmu untuk mendaki gunung atau kekuatanmu untuk melindunginya.
Apa yang kamu rasakan? Ketika kamu mendapati bunga edelweiss yang cantik yang seharusnya kamu berikan kepada kawan yang seharusnya ada disampingmu namun ia tak ada sesiapapun yang pantas untuk dipersembahkan buah dari kemenangan yang kecil
Apa yang kamu putuskan? apakah kamu melanjutkan perjalanan atau kamu berusaha mencari kawan tersebut dengan maksud ingin berbagi cerita, perasaan, pengalaman dan segala hal yang kamu dapatkan dalam pendakian, dan kemudian kembali melanjutkan perjalanan kamu dengannya atau kamu melanjutkan perjalanan dengan harapan dia akan kembali menyusulmu di ketinggian sekian ratus meter ketika dia telah yakin bahwa kamu sanggup meneruskan perjalan dan sanggup melindunginya dari segala mara bahaya?
Kamu berada pada suatu kondisi dimana kamu tidak boleh diam di puncak kecil, karena puncak kecil itu hanyalah sebuah piala kecil yang tak patut untuk dibanggakan, karena seseorang yang hanya puas pada pencapaian-pencapaian kecil, tidak akan pernah mencapai pencapaian yang besar. Sekali seseorang memenangkan piala besar maka tak akan ada yang meragukan bahwa ia telah memenangkan ratusan atau bahkan ribuan piala kecil atau paling tidak tak ada yang mengira bahwa ia tak pernah memperoleh piala apapun sebelumnya. karena puncak terbesar itu semakin jelas nampak dan begitu menggoda birahi kamu untuk segera menuju kepadanya seakan-akan ia berkatalah “segeralah tiba, aku ingin kamu menaklukan aku” adrenalin kamu terus meninggi, bahkan seakan akan kamu tak pernah kehabisan tenaga oleh pendakian dari awal.
Apa yang kamu putuskan d? dimana kamu sebelumnya telah bersumpah –bukannya sumpah palapa yang konyol itu— seperti yang Dido katakan “I will go down with these ship and I won’t put my hands up and surrender there will be no white flag above my door”.
Apa keputusan terbaik yang kamu akan kamu buat? Sebuah keputusan yang akan sangat menentukan dalam kehidupanmu. Sama seperti halnya ketika bayi yang telah lahir ke dalam dunia ia tidak dapat kembali lagi ke dalam perut ibunya. Begitu juga ketika keputusan ini kamu ambil, ia tidak dapat lagi kau cabut.
Keputusan yang harus dilakukan dengan sangat penuh pertimbangan seperti keputusan seorang Jendral dalam sebuah pertempuran penghabisan yang mungkin memakan korban anak buahnya, yang ketika kesalahan bukan hanya berarti kehilangan pasukan terbaiknya akan tetapi kekalahan mutlak.
Persoalannya adalah bukan sekedar tepatkah keputusan yang kita ambil, tetapi cukup beranikah kita untuk membuat keputusan? Dapatkah hati kita menerima keputusan itu. Dua-dua keputusan itu beresiko sama, teruskan perjalanan dan kawanmu ternyata telah pergi dan tak menoleh lagi kemampuan kamu untuk mendaki gunung tersebut sementara pergi mencari pun tak pasti kamu menemukannya.
Dari dalam jiwamu, hatimu ingin menikmati kemenanganmu dengan kawanmu yang kau cintai, kamu merasa takkan sempurna kemenanganmu tanpanya, sementara keyakinanmu akan kemenangan adalah sebuah kepastian, sepasti terbitnya matahari esok pagi terlepas akan adanya campur tangan sang Diktator yang maha agung.
Kira-kira keputusan apa yang kamu ambil D?
Tantangan dan hambatan satu demi satu kamu lalui tanpa pernah mengenal lelah. Pengorbanan demi pengorbanan kamu persembahkan. Menikmati manisnya luka dan nikmatnya ratusan bahkan ribuan kali terperosok kedalam semak belukar penuh onak duri. Bahkan kamu pernah mengalami suatu masa dimana kamu pernah menemui malam ketika sedang melintasi jalan setapak yang licin dan kaki mu hanya berada sejengkal ditepi jurang yang siap menelanmu kedalam perutnya. Dimasa itu kamu dapati kalau kamu sendirian tak ada sesiapapun untuk sekedar menemani kamu menunggu pagi terbit agar tak mati ditelan bumi. Dimana-kawan-kawan seperjalananmu berbelok dan berhenti bahkan meninggalkanmu.
Setelah ribuan hari yang yang kamu jalani, akhirnya kamu menyongsong puncak terkecil dari puncak terbesar yang kamu tuju. Coba kamu duduk sebentar sambil menikmati sejuknya udara di puncak tersebut. tataplah pemandangan dibawahmu, tataplah lembah-lembah yang menyaksikan dengan penuh harap akan kemenanganmu, semak belukar yang kamu taklukan. Lihat sejenak puncak terbesar yang indah dan megah yang menjadi titik terakhir tujuanmu.
Lalu tengoklah ke samping kanan, kiri dan belakangmu. Sedikit terkejut kamu dapati bahwa kamu sendirian atau paling tidak kawan yang menjadi semangat terbesar kamu dalam pendakian, orang yang kamu harapkan berada terus disampingmu selalu ternyata tak ada ia menghilang entah berbelok atau berhneti karena meragukan kemampuanmu untuk mendaki gunung atau kekuatanmu untuk melindunginya.
Apa yang kamu rasakan? Ketika kamu mendapati bunga edelweiss yang cantik yang seharusnya kamu berikan kepada kawan yang seharusnya ada disampingmu namun ia tak ada sesiapapun yang pantas untuk dipersembahkan buah dari kemenangan yang kecil
Apa yang kamu putuskan? apakah kamu melanjutkan perjalanan atau kamu berusaha mencari kawan tersebut dengan maksud ingin berbagi cerita, perasaan, pengalaman dan segala hal yang kamu dapatkan dalam pendakian, dan kemudian kembali melanjutkan perjalanan kamu dengannya atau kamu melanjutkan perjalanan dengan harapan dia akan kembali menyusulmu di ketinggian sekian ratus meter ketika dia telah yakin bahwa kamu sanggup meneruskan perjalan dan sanggup melindunginya dari segala mara bahaya?
Kamu berada pada suatu kondisi dimana kamu tidak boleh diam di puncak kecil, karena puncak kecil itu hanyalah sebuah piala kecil yang tak patut untuk dibanggakan, karena seseorang yang hanya puas pada pencapaian-pencapaian kecil, tidak akan pernah mencapai pencapaian yang besar. Sekali seseorang memenangkan piala besar maka tak akan ada yang meragukan bahwa ia telah memenangkan ratusan atau bahkan ribuan piala kecil atau paling tidak tak ada yang mengira bahwa ia tak pernah memperoleh piala apapun sebelumnya. karena puncak terbesar itu semakin jelas nampak dan begitu menggoda birahi kamu untuk segera menuju kepadanya seakan-akan ia berkatalah “segeralah tiba, aku ingin kamu menaklukan aku” adrenalin kamu terus meninggi, bahkan seakan akan kamu tak pernah kehabisan tenaga oleh pendakian dari awal.
Apa yang kamu putuskan d? dimana kamu sebelumnya telah bersumpah –bukannya sumpah palapa yang konyol itu— seperti yang Dido katakan “I will go down with these ship and I won’t put my hands up and surrender there will be no white flag above my door”.
Apa keputusan terbaik yang kamu akan kamu buat? Sebuah keputusan yang akan sangat menentukan dalam kehidupanmu. Sama seperti halnya ketika bayi yang telah lahir ke dalam dunia ia tidak dapat kembali lagi ke dalam perut ibunya. Begitu juga ketika keputusan ini kamu ambil, ia tidak dapat lagi kau cabut.
Keputusan yang harus dilakukan dengan sangat penuh pertimbangan seperti keputusan seorang Jendral dalam sebuah pertempuran penghabisan yang mungkin memakan korban anak buahnya, yang ketika kesalahan bukan hanya berarti kehilangan pasukan terbaiknya akan tetapi kekalahan mutlak.
Persoalannya adalah bukan sekedar tepatkah keputusan yang kita ambil, tetapi cukup beranikah kita untuk membuat keputusan? Dapatkah hati kita menerima keputusan itu. Dua-dua keputusan itu beresiko sama, teruskan perjalanan dan kawanmu ternyata telah pergi dan tak menoleh lagi kemampuan kamu untuk mendaki gunung tersebut sementara pergi mencari pun tak pasti kamu menemukannya.
Dari dalam jiwamu, hatimu ingin menikmati kemenanganmu dengan kawanmu yang kau cintai, kamu merasa takkan sempurna kemenanganmu tanpanya, sementara keyakinanmu akan kemenangan adalah sebuah kepastian, sepasti terbitnya matahari esok pagi terlepas akan adanya campur tangan sang Diktator yang maha agung.
Kira-kira keputusan apa yang kamu ambil D?