"Udep Beusaree Mate Beusadjan Sikrek Gafan Saboh Keureunda" (Hidup Bersama, mati bersama dengan selembar kain kafan dalam satu keranda. Achehnese

Wednesday, July 30, 2008

Exxon Terlibat Pelanggaran HAM

21 Juli 2008

Mahkamah Agung Amerika Serikat menyatakan Exxon Mobil melanggar HAM berat di Aceh. Gergasi minyak dan gas ini terlibat pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat keamanan yang melindungi operasi perusahaan ini di Aceh.


Kasus ini berawal dari seringnya terjadi aksi kekerasan terhadap warga di sekitar kompleks Exxon Mobil di Lhokseumawe NAD pada masa pelaksanaan Daerah Operasi Militer di Aceh. Beberapa aktivis SIRA termasuk Faisal Ridha yang kala itu menjabat sebagai Anggota Presidium Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) berkumpul dan berdiskusi untuk membicarakan keterkaitan Exxon Mobil dengan peristiwa-peristiwa kekerasan tersebut. “Seringkali terjadi kasus penyiksaan, pembunuhan, penculikan, dan pemerkosaan yang dilakukan aparat keamanan Indonesia yang menjaga ladang gas Exxon Mobil,” kata Faisal yang kini menjabat sebagai asisten gubernur NAD.


Aktifitas diskusi dan pengumpulan data ini dilakukan secara sangat rahasia dengan alasan keamanan. “Exxon adalah korporasi besar dan mereka bisa membayar militer Indonesia kala itu untuk melakukan apapun terhadap orang yang dianggap bertentangan,” jelas Ketua Departemen Hubungan Internasional di DPP Partai SIRA Helmy Nugraha.

Salah satu contoh kasus pelanggaran HAM itu terjadi pada bulan Januari 2001. Pada suatu pagi seorang pedagang sayur melintas di depan Kompleks Exxon Mobil yang dijaga sekelompok tentara. Si pedagang yang dirahasiakan namanya dengan inisial "John Doe I" sedang dalam perjalanan dengan mengendarai sepeda menuju ke pasar untuk berdagang. Entah kenapa tiba-tiba ia dihampiri oleh beberapa prajurit TNI Unit 113 yang tugas jaga di Exxon Mobil. Tanpa sebab yang jelas, mereka lalu menembak tangannya dan melemparkan granat ke arahnya, lalu meninggalkan korban dalam keadaan tak bernyawa. “Selama sembilan tahun DOM kamp Rancong dan Pos A 13 yang berada di kawasan Exxon adalah gerbang kematian bagi rakyat Acheh,” kata Helmy yang kala kasus itu meletus belum terlibat dalam kasus ini.

Faisal dan aktivis SIRA lainnya lalu mencoba kemungkinan untuk melakukan gugatan terhadap Exxon. Karena tak mungkin mengajukan gugatan itu di Indonesia, mereka mencoba membawanya ke luar negeri. Isu ini lalu digaungkan ke dunia internasional yang kemudian direspon oleh International Labor Right Fund (ILRF) –sebuah organisasi hak asasi manusia yang bermarkas di Washington DC– dengan mengirimkan pengacara utamanya Terry Collingsworth untuk mengunjungi Aceh guna mengumpulkan bukti-bukti pada bulan Maret 2001.

Berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan tersebut, 11 korban dan ahli waris korban yang diwakili oleh ILRF mengajukan gugatan ke Pengadilan Federal Washington yang memulai sidangnya sejak bulan Mei 2002. Tuduhannya, Exxon Mobil terlibat pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat keamanan yang melindungi operasi perusahaan ini di Aceh. “UU yang digunakan adalah Alien Tort Claim Act yang memungkinkan warga asing untuk menggugat perusahaan Amerika Serikat karena pelanggaran HAM,” kata Faisal.

Pada bulan Mei 2002 majelis hakim memenangkan gugatan ini. Namun Exxon yang tak terima dengan keputusan tersebut menyatakan banding ke pengadilan tinggi Washington. Bulan Juni 2006 keluar keputusan dari pengadilan tinggi yang menyatakan Exxon tetap bersalah. Tak puas, Exxon maju ke tingkat Mahkamah Washington. Hasilnya, pada 15 Juni 2008 lalu Mahkamah Washington menguatkan keputusan pengadilan di tingkat sebelumnya. Raksasa migas itu dinyatakan terbukti terlibat dalam pelanggaran HAM Berat di Aceh. Namun hingga proses peradilan rupanya belum juga tuntas. Pasalnya hakim mahkamah belum memutuskan jumlah kompensasi yang mereka bayar kepada korban atau keluarga korban. “Majelis Hakim Agung Washington masih menghitung nilai yang harus dibayarkan Exxon Mobil kepada 11 Penggugat,” terang Helmy.

Tak mudah memang bagi majelis hakim untuk memutuskan kompensasi yang diberikan kepada para penggugat. Pasalnya jumlah kompensasi itu diperkirakan mencapai miliaran dollar. “Berdasarkan informasi yang saya terima dari tim pengacara, ada kasus sejenis yang baru selesai belasan tahun,” kata Faisal. Meski begitu ia optimis mahkamah agung dapat memutuskan masalah ini secara adil mengingat track record hakim Amerika pada pengadilan terdahulu.

Hingga saat ini identitas ke 11 penggugat ini sengaja dirahasiakan dengan alasan keamanan. Serupa dengan kasus gugatan korban HAM lainnya, korban HAM umumnya adalah pihak yang memang lemah dan rentan untuk terkena intimidasi atau upaya negatif dalam usaha menghentikan kasus oleh pihak tergugat. “Nama mereka harus dirahasiakan, data mereka disembunyikan. Yang boleh mengetahui, hanya pengacara penggugat dan pengadilan,” kata Helmy.

Dalam surat gugatan, mereka menggunakan inisial John Joe dan Jane Joe. Di Amerika Serikat, seseorang yang tidak dikenal identitasnya disebut dengan nama John Doe. Dan bila seseorang yang tidak dikenal identitasnya itu adalah seorang wanita maka disebut sebagai Jane Doe.

Sejatinya, upaya menggalang dukungan atas kasus ini di luar forum pengadilan juga dilakukan oleh kalangan pergerakan Aceh di luar negeri. Konsulat SIRA Amerika Serikat yang diketuai Munawar Liza Zein –sekarang Walikota Sabang– pada tahun 2004 sempat mengadakan seminar yang memaparkan fakta mengenai keterlibatan Exxon, kepada para pemegang Saham Exxon di Texas. Dalam forum itu kata Helmy, para pemegang saham tersebut menyatakan tidak sepakat dengan tindakan Exxon dan mendukung upaya-upaya penghentian suply Exxon kepada TNI. Namun tak jelas juga apakah ini ditelurkan dalam kebijakan perusahaan atau tidak. “Lebih lanjut silahkan konfirmasi ke Exxon apakah itu dibicarakan dalam rapat pemegang saham atau tidak,” tuturnya.

Atas putusan MA AS ini, Communication Manager Exxon Mobil Deva Rachman, mengaku sangat prihatin. Menurutnya, karena dalam hal keamanan di sekitar pabrik sebenarnya bukan tanggung-jawab Exxon. “Tapi tentu saja kami ingin menegaskan dalam hal operasional Exxon Mobil sangat menjunjung tinggi HAM. Ini berlaku baik untuk internal karyawan kami maupun masyarakat sekitar,” tutur Deva. Sayangnya ia tak mau berkomentar lebih jauh dengan alasan kasus tersebut ditangani Exxon pusat.

Inspirasi Bagi Perjuangan HAM
Keterlibatan Exxon ini tak lain karena memberikan jatah pengamanan proyek kepada TNI. Ini tak hanya terjadi di Aceh, tetapi juga terjadi di daerah lain seperti Papua dan Kalimantan. Berdasarkan data dari Kontras Aceh Exxon memberikan subsidi kepada 17 pos kesatuan aparat. Exxon mengeluarkan Rp 5 milyar untuk dana keamanan, termasuk uang saku Rp 40 ribu per prajurit per hari, transportasi, penyediaan kantor, pos, barak, radio, telepon, dan mess.

Lembaga ini juga menyatakan Exxon membeli "kendaraan Militer" sebanyak 16 unit mobil anti peluru, jenis Jeep, Chevrolet Suburbn, Toyota Land Cruiser, Land Rover, Defender Gearbox dan mercedez yang harganya berkisar Rp. 1 Miliar hingga Rp. 3 Miliar/unit untuk keperluan militer. “Data-data ini diajukan sebagai alat bukti oleh pengacara penggugat di pengadilan,” kata Helmy.

Direktur International Forum For Acheh Robert Jeresky dalam laporannya tertanggal 25 Juni 2001, menyebut kekerasan makin menggila setelah Exxon Mobil menekan pemerintah melahirkan Inpres No.IV/2001 dan menyebut GAM sebagai gerakan separatis. “Semoga kemenangan ini dapat menjadi inspirasi bagi perjuangan penegakan HAM di tingkat nasional,” harapnya.

Dalam versi yang berbeda, tulisan ini diterbitkan di Majalah TRUST Edisi 39 Th. VI

Wednesday, February 13, 2008

Penemuan Minyak Terbesar Di Dunia di Acheh


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang melakukan survei geologi dan geofisika kelautan menemukan cadangan migas yang amat besar perairan timur laut Pulau Simeulue, Aceh. Bahkan diperkirakan yang terbesar didunia, yakni 320,79 miliar barel.

Meski volume tersebut, menurut Kepala BPPT Said Jenie, baru mempresentasikan ruang dalam batuan (tanki) yang belum tentu seluruhnya diisi oleh hidrokarbon, namun melihat berbagai indikasi yang berasosiasi dengan hadirnya migas, ia mengaku cukup optimistis.

“Memang penelitian masih perlu ditindaklanjuti. Tapi, jika memang terbukti benar, kita bisa bayangkan penerimaan negara yang tak terkira jumlahnya dari penemuan ini,” ujarnya di Jakarta, Senin (11/2).

Ia menjelaskan, temuan yang didapati didaerah cekungan busur muka setelah melakukan survei seismik di perairan barat Aceh dalam kedalam 500-800 meter dari dasar laut yang mempunyai kedalam 1.100 meter, mendapati perkiraan volume cadangan antara 17,1-10 miliar kubik.

“Bila diketahui 1 meter kubik cadangan 6,29 barel, volume total minimumnya adalah 107,5 miliar barel dan volume maksimum 320,79 miliar barel,” jelasnya.

Menurut Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi BPPT Yusuf Surahman, penemuan cadangan migas tersebut ditemukan pada porositas 30%. Porositas adalah potensi batuan mengikat minyak.

Biasanya, kata dia, dari potensi cadangan tersebut, kandungan minyaknya hanya 15%. “Dengan demikian, cadangan minyaknya diperkirakan bisa sampai 53 miliar barel,” ungkapnya.

Said menambahkan, penemuan ini sudah dilaporkan kepada Presiden untuk ditindaklanjuti. Sejauh ini, kata dia, sudah ada penawaran untuk melakukan studi lanjutan dari PT Pertamina (persero).

“Namun, hingga saat ini belum ada tanggapan dari Dirjen Migas Departemen ESDM,” kata Said.

Pengamat perminyakan dari Exploration Think Thank Indonesia Andang Bachtiar menyatakan, setidaknya memerlukan waktu tiga tahun untuk membuktikan cadangan minyak ini. “Untuk biaya seismik ini saya perkirakan bisa US$5 juta-10 juta,” ujarnya.

Apabila, cadangan minyak di Aceh barat ini memang terbukti, maka dapat dikatakan cadangan ini yang terbesar di dunia. Sebagai perbandingan, jumlah cadangan terbukti untuk Arab Saudi sebesar 264,21 miliar barel dan jumlah cadangan untuk lapangan Banyu Urip, Cepu adalah sekitar 450 juta barel.

Lapangan migas dapat dikategorikan sebagai lapangan raksasa apabila volume cadangan terhitung mencapai 500 juta barel.[Eva/OL-03]

Labels: ,

Monday, February 04, 2008

ga tau judulnya

Disini ada cerita
tentang cinta. Tentang air mata
tentang tetesan darah
disini ada cerita
tentang kesetiaan
tentang pengkhianatan
disini ada cerita
tentang mimpi yang indah
tentang negeri penuh bunga
cinta dan gelak tawa
disini ada cerita
tentang sebuah negeri tanpa senjata
tanpa tentara tanpa penjara
tanpa darah dan air mata
disini ada cerita tentang kami yang tersisa
yang bertahan walau terluka
yang tak lari walau sendiri
yang terus melawan di tengah ketakutan!
Kami ada disini

Wednesday, December 19, 2007

Good Bye Bandung!!!!

Assalamualaikum,
akhirnya setelah beberapa aku bisa menulis lagi. Setelah lulus kuliah dari Universitas Pasundan 1 Agustus 2007 lalu aku tak memiliki banyak waktu tuk menulis.Insya Allah aku akan menulis lagi mengisi kekosongan waktu.
Sejak 3 oktober lalu aku sudah menetap di Acheh. Memenuhi komitmen terhadap diri sendiri sejak menjadi aktivis. Akhirnya aku meninggalkan bandung dengan segala kenangan dan keindahannya. Maaf kawan bukan aku tak cinta kalo kata bang Iwan Fals “tiada lagi tersisa, bahkan mimpipun kubawa.” Aku pergi meninggalkan bandung tanpa menyisakan apapun kecuali lemari plastik rampasan perang kosan ijo, komputer yang sudah kujual sama sem, beberapa buah buku, dan mungkin sedikit pernik-pernik yang sudah kulupa.
Selamat tinggal kawan-kawan seperjuangan Rasyidin, Sem, Resa, Banka, Nano, Monang, Panji, Awan, Pendi, Eva, Abah, Ari, Radit,Usep SM, Cecep. dll. Aku terpaksa berpartisipasi dalam maraton kehidupan yang terus bergulir tanpa henti. Aku hanya lebih dulu memulai start. Tapi semoga kita bisa sama-sama meraih piala kesuksesan di kehidupan yang akan datang. Bagi kawan-kawan yang tak kusebut, maaf mungkin aku khilaf, dan sebagian mungkin kuanggap pengkhianat. Bagi yang merasa berkhianat ketahuilah, pengkhianatan bukan hanya soal menyebrang ke pihak musuh, meninggalkan kawan dalam kesusahan sendirian pun merupakan pengkhianatan.tapi jangan khawatir bukan berarti kalian berwatak pengkhianat, mungkin kalian pengkhianat dalam definisiku sendiri.
Mengenai bung Kemas Said, bagaimanapun kita telah lalui banyak hal bersama. Namun ada sedikit yang perlu diperbaiki. Mungkin suatu saat kita akan jumpa lagi.
Bung Resa, percayalah sampai kapanpun dan dalam kondisi apapun, aku tetap sahabatmu. Aku hanya kesal dengan segelintir kawan-kawan kau, pertama karena mereka pernah meremehkan aku dalam sindiran-sindiran tak berkualitas dan tanpa dasar, kedua karena mereka lari begitu saja saat hari terakhir dari perjanjian kontrak kita dengan bu andaya. Waspadalah terhadap mereka yang tak mau susah. Btw Radit is always nice to me dan aku ga kesal sedikit pun dengan dia sampaikan salamku buat Radit.
Banka, lo tu aneh banged seh jadi orang, semenjak kerja jadi sok mengurus hal-hal yang penting, kenapa ga seh tetap biasa aja. Pakaian boleh berubah, tapi ngapain sikap juga berubah. Gw biasa berhadapan dengan orang yang penting tapi tetap biasa aja. Bisa pula lo kena kompor ma Said. Payah lu ngaku ideologis tapi bisa kena kompor sama orang selevel said, gimana sama Mega lo? Tapi biar gimana you are my best friend.
Kepergian kali ini beda dengan kepergian sebelumnya. Dimana beberapa waktu yang lalu aku pergi ke Acheh tanpa merasakan beban. Kali ini ibukupun menangis melepasku di Bandara dan kekasihku tercintaku Sis Corry Lughina yang akhirnya menjadi tunanganku setelah kukejar 4 bulan lamanya paska pertemuan pertama kami di Bandara Polonia. Corry menangis melepasku di bandara Soekarno-Hatta. Sungguh merupakan keberangkatan yang kuharapkan.dan juga kusesalkan. Siapa yang tak mau kepergian diantar 2 perempuan yang tercinta? namun aku juga menyesal karena belum bisa mengajak mereka pergi bersama-samaku.
Ada kisah manis yang tertinggal di bandung. sebuah kisah yang tak mungkin terlupa walau coba kulupakan. Kawan semoga kau sukses di depan. Maaf aku masih dendam dengan serdadumu, aku masih kesal dengan penolakan bapakmu, aku akan tetap membuktikan bahwa you’ve missed the right guy.
Well kawan-kawan aku takkan lupa dengan segala kebersamaan kita. Mungkin suatu saat kita harus buat reuni kecil untuk mengenang kesusahan kita di bandung, atau mungkin kita harus membuat proyek bersama suatu saat. I love U all my friend.

Wednesday, May 30, 2007

Acheh Political trip

Finally, aku kembali ke Acheh untuk sebuah perjalanan politik dimulai pada jumat 23 Maret 2007 dimana aku memulai pagi dengan sebuah perjalanan ke Bandara. Adam Air yang kunaiki pagi itu rupanya hampir membawa maut. Kompresor dan AC Boeing 737-400 yang berangkat pagi itu rusak. Tekanan begitu tinggi di dalam kabin pesawat. Anak kecil mulai berteriak dan menangis. Telingaku terasa sakit karena tekanan, pembuluh kapiler di hidungku pecah sehingga mengucurkan darah yang lumayan deras. Penumpang disebelah aku berbaik hati untuk berbagi tissue. Cukup tegang pagi itu. 20 menit lamanya kami terbang tapi dengan terpaksa pesawat tersebut haru kembali ke bandara Soekarno Hatta untuk mengganti pesawat. Pihak Adam Air memang tidak cukup bertanggung jawab atas keselamatan penumpangnya, mereka hanya memberikanku segumpal kapas untuk menyerap darah yang mengalir tak henti dari hidungku.
Akhirnya sekitar pukul sebelas aku tiba dibandara Sultan Iskandar Muda. Yahwa Sabri menjemputku. Sebentar beristitarat dan mengirim sms laporan kepada Standing Comitte Ruslan Razali
“Bang, Lon ka troh bak Kutaradja, siap menjalankan perintah namun mohon izin waktu untuk menengok keluarga. Laporan Selesai”.
Bang Ruslan menjawab:
“Perintah pertama, segera shalat Jumat.”
Hari pertama aku meminta bang Mimi abang sepupuku untuk menjemputku. Tak tanggung-tanggung bang Mimi menjemput pakai truk Colt karena bang Mimi berdagang kayu. Truk itu digunakan untuk mengangkut pesanan pembeli hari itu bang Mimi mentraktir ku kopi dan durian, selepas itu kebiasaan lama terulang lagi. tak lupa kutengok keluarga di Lambaro Samahani yang merupakan abang sepupu ayahku.
Aku tak menginap di Samahani, sore itu juga aku langsung kembali ke Banda Acheh, Bang Said Fadhil sedang ada di Banda Acheh untuk acara pernikahan bang Iwan Tambo di Masjid Raya Baiturrahman. kali pertama semenjak awal perjuangan kami berjumpa di Acheh bagiku ini suatu momen penting, karena bagiku Bang Said Fadhil adalah abang, senior sekaligus mentor politik. Kami berjumpa di halaman Masjid Raya Baiturrahman. dia membawa calon istrinya cantik juga. Seorang perempuan berdarah arab sama seperti bang Said.
Tak lama kami berjumpa sekitar 45 menit aku pun kembali pulang rumah Yahwa Sabri.kami janji untuk jumpa lagi di KPA.
Esoknya aku datang ke resepsi pernikahan bang wan tambo. Sepupuku Dian mengantarkan sampai KPA Pusat Lamdingin karena kebetulan acaranya tak jauh dari KPA. Tak sengaja aku berjumpa dengan Bang Asmara, seorang kawan yang ku kenal sewaktu kami bermarkas di Jakarta.
“Hai orang Acheh keturunan Sunda!!!” berteriak dengan mulut terbuka lebar seakan lupa kalau gigi depan bagian atas tengah-nya sudah hilang akibat dipopor bedil Pai sewaktu masa demonstrasi marak di Banda Acheh.
Maybe it’s the first time for me to see the wedding in Achehnese culture. Sangat megah yang upacara Intat Linto lihat waktu itu dimana sang pengantin lelaki mendatangi rumah pengantin wanita disambut dengan tari-tarian. Bang Iwan menggunakan pakaian adat Acheh yang seperti yang digunakan oleh Bang Wandi dan Bang Nazar dalam Pilkada 2006 kemarin. Dan aku menjadi fotografer tak resmi dalam pernikahan tersebut. jadi berkhayal kapan aku bisa menyusul seperti ini. hehehehe
Siangnya aku langsung menuju sekretariat KMPAN yang saat ini beroposisi dengan SIRA. Sebenarnya sikap politik aku berbeda dengan mereka tapi tak mungkin aku bermusuhan karena sebagian besar dari mereka adalah alumni Bandung yang bersebrangan dengan Nazar. Karena dekat dengan Darusalam dan aku memiliki adik sepupu yang kuliah di sana Rian, aku menelpon dan bertemu untuk waktu kurang dari lima menit. Aku dan Zahri berkeliling Banda Acheh. sore harinya kami ke Pantai Ulee Lheu. Disana kemudian aku berkenalan dengan Eli gadis Acheh yang sedang berdua dengan kawannya. Manis juga lumayan buat teman.
Aku pulang dari Sabang karena staf khusus Gubernur bang Faisal Ridha menelponku untuk sebuah tugas dengan amat sangat terpaksa tanggal 29 aku kembali ke Banda Acheh untuk panggilan tugas. tanggal 29 kami melakukan pertemuan dengan seorang pengacara Internasional Bede Shepard asal Selandia Baru untuk membahas progress gugatan terhadap perusahaan Exxon Mobil Oil yang bertanggung jawab mendanai militer Indonesia yang kemudian melakukan pelanggaran HAM terhadap rakyat Acheh.
Tanggal 30 aku kemudian menemui seorang petinggi KPA wilayah Acheh Rayeuk Merizal, seorang anggota GAM yang memiliki kapabilitas intelektual serta wawasan yang luas. Selama aku bergabung dengan para pelarian di Jakarta aku banyak berdiskusi dengan bang Merizal bahkan bekerja sama menjalankan aksi desakan damai untuk Acheh sebelum penandatangan MoU Helsinki 15 Agustus 2005.
Dalam hari yang sama aku kembali bertemu dengan kawan dari Jakarta Amin seorang anggota GAM yang juga lulusan sebuah akademi Maritim di Jakarta yang kukenal sewaktu aksi terakhir desakan pengesahan RUU PA 17 Mei 2006. kami kemudian pulang kerumah yahwa Sabri untuk mencuci bajuku dan kemudian aku menuju Samahani bertemu dengan bang Mimi dan menginap dirumahnya.
Esoknya aku menemui neknya, adik dari almarhum nenekku. Ketika sedang asyik ngobrol dengan neknya, tiba-tiba HP ku berdering, sebuah nama muncul di layar, ternyata Bang Ruslan Razali.
“droen na dipat posisi nyoe?”
“Lon bak Gampong Samahani bang, peu na?”
“Abang neu jak ue Bireuen, peu na jak cit?
“Oh Jeut, kiban cara?”
“Preh lon bak bineh jalan raya Medan-Banda Acheh”
“ Ok Bang”
Beliau mengajakku ke Bireuen untuk membantu sebuah acara pelatihan buat mantan pasukan TNA. Bang Ruslan menjemputku langsung di pasar Samahani. Amin pun kuajak karena memang Amin juga orang Bireuen sekalian pulang kampunglah. Dengan amat terpaksa aku harus mohon diri pada neknya. Bahkan perlengkapan mandiku pun tertinggal. Pada saat bersamaan dengan tibanya mobil bang Ruslan di Samahani ternyata juga tiba mobil Yahwa Sabri di pasar Samahani, aku tak sempat berbasa-basi karena terburu-buru keadaannya bahkan kopi pagi pun tak habis kunikmati.
Perjalanan dari Samahani-Bireuen kunikmati betul, karena kali dengan kendaraan pribadi dan kebetulan aku duduk di depan. Dua hari aku di Bireuen menginap di hotel dan makan gratis (hehehe dasar Mahasiswa!!!) tak lupa kumanfaatkan pertemuan dengan para petinggi GAM setempat. Tak lupa aku pun mencicipi Sate Matang, dia kota keciil Matang Geuleumpang Dua
Dalam perjalanan pulang dari Bireuen menuju Banda Acheh aku singgah sejenak di Sigli untuk menemui Nunuk kawan yang kuanggap sebagai adik dan kutemui di Bandung. Tak lama kami berjumpa sekitar 15 menit. Akhirnya aku kembali ke Banda Acheh. di Banda Acheh aku sempat singgah di kantor The Olof Palme International Center untuk mencari bahan skripsi. Dan aku menemui beberapa bahan yang tak terduga dan kujamin sulit ku dapat di Bandung ataupun Jakarta sebuah buku mengenai analisa transisi Demokrasi di beberapa Negara tulisan David Betham. Thanks to Bang Taufik Abda dan Bang Tami yang sudah mengajakku dan meminjamkan beberapa buku untuk bahan skripsi. Ok sampai disini dulu sementara nanti kulanjutkan lagi.

Thursday, March 29, 2007

Sabang Trip: What a great vacation

allow udah lama ga ngisi blog. sebenernya aku mau nulis ini nanti begitu aku kembali ke Jawa. tapi aku takut lupa.
tanggal 24 aku bertemu dengan Bang Islamudin di Banda Acheh, kawanku yang satu ini terpilih menjadi wakil walikota Sabang dengan bang Warzain sebagai Walikotanya. aku mencoba iseng-iseng menanyakan boleh ga aku ke sabang, ternyata dia menanggapi serius.
akhirnya kami pada hari senin tanggal 26 pergi ke sabang. dengan naik kapal cepat Pulau Rondo, bersama Bang Is. perjalanan ke Sabang hanya memakan waktu 45 menit saja.
tiba ditempat, dua orang pengawal berbaju hitam segera menghampiri kami, salah satunya membawakan tas bang Is. wowww!!! i felt exciting. kami dijelmputdan langsung mendapat pengawalan. lantas kami menuju hotel Nagoya tempat Bang Is menginap selama pendoponya belum selesai. ternyata Sabang jauh dari apa yang kubayangkan selama ini. tak ada pantai yang tak indah. bebatuan karang yang alami. teluk indah di Iboih dengan taman lautnya yang tak kalah dengan taman laut Bunaken. kotanya yang tenang dan tak begitu panas seperti Bali. dua hari disini lebih dari cukup untuk petualangan seorang backpacker yang berkawan dengan orang elit. sampai disini dulu nanti kulengkapi yah.

Sunday, February 18, 2007

sebuah pertemuan dengan Nashrudin Abu Bakar

kemarin malam tepatnya 17 February 2007 jam 18:30 sebuah telpon dari nomor kartu AS dengan kode nomor Acheh, mengontak. si penelpon samar-samar kukenal, tapi aku lupa
"ko ada dimana? aku di bandung bang, so nyoe? si penelpon menjawab alah masa lupa sama abang sendiri......tut". telpon terputus batre hpku habis. langsung ku recharge hpku. tak lama nomor yang sama menghubungiku kembali.
" ko dimatiin seh??" tanya si penelpon
"sorry bang, batre aku habis. ini bang Nas, kamu dimana? tanya si penelpon
haahhh bang Nas??? iyah bang nas ada di bandung. kita ketemu yah kata kawan tu
senang bukan kepalang aku, karena setau aku menurut berita kawan ini terpilih menjadi Wakil Bupati Acheh Timur melalui calon independen.
oke kamu tunggu bentar, nanti abang hubungi lagi, kita ketemu dekat asrama yah. tapi jangan kasih tau anak-anak asrama yah. oke bang
langsung kusetrika baju aku rapi-rapi menunggu kawan tu kontak. akhirnya setengah jam kemudian bang Nas menelpon lagi, kami tunggu di restoran Sari Rasa. tanpa buang waktu aku segera jalan. selama perjalanan dua kali kawan tu nelpon. karena kebetulan malam minggu jadi jalan agak macet.
setelah sampai kawan di sebelah bang Nas yang aku ga tau siapa namanya mengatakan "capek yah ngejar Wabup"
sebenarnya aku ga peduli di Wabup atau bukan yang jelas di adalah kawan lama aku. bersyukur kalo memang dia jadi wabup dan tak lupa dengan kawan seperjuangan.
dalam pertemuan kami tak serius membahas politik di Acheh. kami lebih kepada menanyakan kabar masing-masing. dia menanyakan kapan kamu lulus??? Insya Allah Maret Wisuda bang.
dalam diskusi yang hangat dan menyenangkan antara kawan lama ku coba membuka pergelangan tangannya untuk melihat jamnya,lalu kubilang "yah kok belum diganti??? kupikir jadi wabup stylenya udah berubah ternyata belum? dia menjawab itu jam ko? ini dari Swiss hadiah ultah tante aku. sini kucoba. kami menukar. udah buat abang aja yah. udah tukar pake aja dulu sebentar kujawab.
dalam pembicaraan dia meminta aku memilih calon dia sebagai ketua Presidium menggantikan Muhammad Nazar yang sekarang sudah jadi Wagub. oke bang, sebenarnya tanpa dia minta pun aku pasti memilih calon dia, karena calon dia memang orang yang pantas.
perbincang kami sampai pada Bettina Schneider seorang kawan Amerika yang concern terhadap Isu Acheh. ternyata Bettina Schneider juga kawan dari Bang Nas hanya saja aku dan Bettina lebih sering komunikasi ketimbang bang Nas karena kesibukannya keluar negeri sebagai anggota majelis GAM.
menjelang akhir pembicaraan dia memberikan subsidi untuk aku, hehe thanks bang. tak besar tapi bukan jumlah yang penting tapi perhatian dia sebagai kawan. tanpa diberipun aku sudah cukup senang bisa bertemu dengan kawan tu.
menjelang keberangkatan kuminta jam aku dia tidak mau memberi kembali, tenang bang, nanti kupesan satu jam buat abang dari tante aku, dia tinggal di Swiss desember dia kesini pasti kupesan satu buat abang.akhirnya dia memberikan dengan berat hati, andai aku beli sendiri atau punya dua pasti kuberi dia satu.
sempat dia mau mengantarkan aku ke kost tapi aku ga enak ya udahlah bang biar aku naik angkot. sukses yah.