"Udep Beusaree Mate Beusadjan Sikrek Gafan Saboh Keureunda" (Hidup Bersama, mati bersama dengan selembar kain kafan dalam satu keranda. Achehnese

Thursday, September 29, 2005

I just moved to the new better boarding house

Aku ga nyangka dengan menceritakan kondisi kost ku sama tanteku membuat dia mau memberi subsidi untuk aku agar mendapat kost yang jauh lebih baik. aku semula ga percaya, kupikir dia sekedar basa-basi ternyata dia benar-benar berkomitmen untuk memberi subsidi kost setiap bulan sampe aku lulus. Hehe3x gimana ga senang, tanpa pikir panjang aku langsung mencari rumah kost yang jauh lebih baik. aku minta tolong Reza presiden BPPM yang lebih mengerti seluk beluk lingkungan sekitar kampus, kami sempat berputar-putar dan hanya menemukan satu yang lumayan lbih jauh dari tempat kost ku yang awal, tadinya aku sudah sreg dengan kamar itu tapi berhubung pemiliknya sedang ga ada dirumah, ya udah transaksi belum dijalankan. Sempat kucatat nomor teleponnya tapi ternyata yang kutelpon salah sambung.
Akhirnya esoknya aku segera menuju tempat rumah kost yang sudah kuminati, tapi begitu aku melewati gang yang dikenal dengan gang masjid aku melihat iklan kost. Rumah ini adalah rumah yang pertama kali ku tanyakan dengan Reza waktu kemarin ini belum kosong tapi sehari saja sudah lewat katanya penghuni sebelumnya terburu-buru mendadak harus pulang ke kampung halaman. Dua kamar kosong, dan yang kupilih yang paling depan dengan pintu sendiri, tidak perlu masuk lagi ke dalam rumah, penunggu kostnya adalah bapak tua penduduk asli setempat. Bapak itu cukup ramah, dan dia awalnya memberi pilihan kamar yang didalam karena sudah dibereskan sementara yang didepan karena baru saja ditinggalkan belum dibereskan. Ya udah kubilang gpp aku tunggu beberapa hari sementara di kamar itu, dan kuminta komitmennya untuk menyelesaikan kamar itu dengan segera jangan sampai satu minggu. Bapak itu sepakat, ku panjar langsung siang itu dengan uang yang ada sekedarnya di dompet aku daripada direbut orang karena lokasi dan kamarnya yang strategis lagipula fasilitasnya lemari, meja computer, kasur, kulkas, tv , telepon kamar mandi dua untuk 6 kamar dan aku bisa request warna cat, kupesan warna biru langit seperti kamar bobrok yang kusulap jadi bagus di asrama itung-itung nostalgia. aku pikir harganya cukup dengan fasilitas selengkap itu
Esoknya ketika kiriman sampai malamnya aku langsung bayar dan pindah malam itu juga, dengan mengkoordinir beberapa kawan-kawan aku untuk membantu memindahkan barang-barangku yang cukup banyak. Aku ga tau apa yang aku buat sama mereka sehingga setiap kawan kost ku menanyakan apa yang bisa mereka Bantu dengan serius bukan basa-basi sehingga sampe kubilang, tenang semua dapat giliran. Karena mereka sudah membantu dan aku merasa tidak etis kalau memberi mereka uang, apa beda kuperlakukan mereka seperti kuli?
Akhirnya dengan berat hati kuberikan sebuah buku yang bahkan belum pernah kuselesaikan “Neoliberalisme menumpas petani” resminya untuk Andry, tapi ya sudah kubilang ini milik Andri tapi baca-sama-sama yah. Jack yang sudah pindah pun mau membantuku membawa motor untuk membawa monitor 17” yang bisa membuat tangan gemetar setelah mengangkatnya waktu aku bawa pertama kali dari toko juga CPU yang lumayan enteng tapi capek juga kalo dibawa jalan kaki.
Untuk Jack karena dia ga suka baca dan hobi makan, Sepiring nasi goring sudah membuatnya kenyang. Ketika malam hari ternyata Said yang kost di depan kostan lamaku, teriak “woi mo kemana lu my bawa bungkusan n carrier segala?” ku jawab pindah. Ada yang perlu gue Bantu ga? Wah ada Id, gue harus bawa kasur dan ga mungkin jalan kaki. Dia kemudian menawarkan mengantarku dengan sepeda motornya sambil ngoceh2 “ngomong dong kalo perlu bantuan jangan diam aja”, ku jawab “sori id gue ga tau lo ada di kost”.
Akhirnya malam itu beberapa perlengkapan primer sudah terbawa dan sekarang yang tinggal hanya beberapa pakaian dan perabotan yang ga gitu penting. malam kedua aku kembali ke tempat kost bersama Angga junior di jurusanku untuk mengambil sisa-sisa barang, angga memang sudah siap untuk membantuku pindah, dia membawakan sebuah tas dan radio tape yang sementara aku bawa carrier berisi baju dan perlengkapan lainnya. aku lihat di kaca rumah itu sudah tiga kamar yang diiklankan termasuk kamarku. Dasar mata duitan belum beres lagi kamar aku sudah ditawarkan. Padahal jatah aku masih lama sampai habis bulan dirumah itu. Sebenernya aku malas balik lagi ke kost lama, karena ibu kost yang cukup bawel, aku ga tau ternyata banyak orang yang memiliki penilaian negative tentang dia, bahkan sampai kasir Alfa mart depan kampusku mengetahui sifat buruk si ibu, desi namanya, awalnya aku cuma iseng ngegodain dia waktu awal-awal Alfa Mart dibuka, aku sering belanja disitu dan ngegodain Desi karena orangnya manis =p, malam itu kubilang kalau aku sekarang pindah kost tak kusangka kemudian dia bertanya alasanku, kukatakan ibulah alasanku pindah tak kusangka dia juga punya komplain mengenai Ibu, dan kemudian dia curhat karena ada pembeli aku merasa ga enak kubilang “ya udah aku pulang dulu yah” tak kusangka desi bilang “nanti kita curhat lagi yah” wwuuuaaahhhhh respon bagus kubilang oke des!. Usut punya usut ternyata desi mendapat pekerjaan dari pak Benny dan si ibu merasa berjasa besar dan minta balas budi. Selain itu ternyata hampir seluruh kawan kost yang tinggal disekitar gang itu pasti menceritakan keburukan prilaku ibu kost ku, yang matre-lah, yang komersil lah, yang nyinyir lah, yang pelit lah, memang seh semua itu kurasakan sendiri.
Bahkan ketika aku dengan baik-baik mengatakan kalau aku ingin pindah, respon yang kudapat bukanlah yang kuharap, seenak perutnya dia marah-marah. Kalau aku ga ingat dengan suami dan anak lelakinya yang baik sama kami sudah balik kumaki-maki dia. Ga pernah sekalipun aku telat bayar kost bahkan aku ga pernah bawa cewe ke kamar aku kecuali sering pulang tengah malam. Itupun kulakukan karena tidak ada aturan tertulis mengenai jam pulang malam, yah aku cuek aja, aku bayar kok.
Tadinya kalau saja respon ibu ini positif aku mau pamit dan cium tangan, tapi karena dia begitu sudah cukup bagi aku untuk tidak memaki. Bodoh kali kawan ni, kalau saja dia berpikir panjang akibat perbuatannya itu kalau nanti kalau ada kawan aku yang mau kost disitu yah aku pasti akan katakan sejujur-jujurnya mengenai kondisi rumah si ibu brengsek ini, kalau dia ga gitu minimal, ketika ada kawan yang menanyakan yah paling kubilang seperlunya. Aku perhatikan banyak yang ga betah di kost ini, yah lantainya yang triplek banyak binatang pemakan kulit yang buat aku gatal-gatal. Kebersihan dilantai atas bahkan tidak dijaga oleh ibu itu, pernah suatu waktu lantai atas kami gelap dan tidak dipasang lampu berminggu-minggu lamanya. Padahal tangganya yang curam itu cukup berbahaya kalau tidak ada penerangan. Padahal berapa seh harga bohlam 25 watt? Kalau memang dia malas keluar uang, tapi tetap merasa bertanggung jawab dia bisa mengumpulkan uang dari anak kost dan aku pikir tidak akan ada yang keberatan lagipula ga mahal khan harga sebuah bohlam 25 watt.
Ya udahlah ga ada abis kekesalan aku sama kawan tu. Yang penting aku udah enak sekarang. Sayang Bang ikli ga sempat menikmati kondisi kost ku yang jauh lebih baik ini. Tapi aku juga ga ngerasain kondisi dia yang lagi “menikmati” praktek di pedalaman Jambi he3x.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home