"Udep Beusaree Mate Beusadjan Sikrek Gafan Saboh Keureunda" (Hidup Bersama, mati bersama dengan selembar kain kafan dalam satu keranda. Achehnese

Saturday, September 10, 2005

Para Tentara

Para Tentara jangan pukul kami,
kami tak kuat menahan rasa sakit,
kami disini atas dasar nurani atas dasar akal sehat kami yang terus menjerit
ingin berbuat….
Para tentara jangan siksa teman kami.
kami tak kuat untuk membayangkan semuanya,
kami disini karena kami tau mana baik mana buruk
benar dan salah…percayalah……

Para tentara,,, kamu kan manusia bukan robot apalagi boneka
para tentara kamu kan beragama
punya tuhan setidaknya punya cinta mengertilah…..
Para tentara nasib kita sama,
sama-sama keras, sama-sama cadas
Kami mengerti kalau kamu mau mengerti
karena hati sudah tersiksa, bijaksanalah….
Para tentara tidak kah kau melihat
media massa berlumuran darah
Para tentara tidakkah kau merasa
kami muak dengan kekerasan ooooo yeeahh berhentilah.

Yang kamu banggakan……hancur sudah
Sia-sia senjatamu yang menakutkan
Sia-sia kemenangan yang kau raih
Gelombang cinta, gelombang kesadaran merobek langit yang mendung
Menyongsong hari esok yang lebih baik.

Oooooo….oooooo….ooooo….oooo

Gelombang cinta, gelombang kesadaran merobek langit yang mendung
Menyongsong hari esok yang lebih baik


Ini lagu Iwan Fals tentang militer Indonesia yang kedua setelah “serdadu”Bagi aku lontaran kritik dalam lagu Para Tentara kepada TNI cukup keras. Kalau dianalisa lebih dalam menurut aku Iwan Fals membuat lagu ini berlatar belakang penembakan mahasiswa tahun 1998

Para Tentara jangan pukul kami,
kami tak kuat menahan rasa sakit,
kami disini atas dasar nurani atas dasar akal sehat kami yang terus menjerit
ingin berbuat….

Kata kami jelas mewakili demonstran, yang melakukan aksi. Iwan menyebut atas dasar nurani dan akal sehat,
“kami tak kuat menahan rasa sakit” Iwan menunjukkan keberpihakkanya pada demonstran yang memang berasal dari sipil dan tidak terlatih untuk berperang seperti tentara.
karena pada waktu itu setiap aksi demonstrasi selalu diberi stigma “ditunggangi pihak ketiga”.
“ingin berbuat” ditujukan pada demonstrasi itu sendiri, apa she yang bisa dilakukan sipil pada masa itu? Selain demonstrasi, karena keinginan dialog jelas ditolak oleh Firaun Soeharto.

Iwan juga mengingatkan kalau tentara bukanlah robot yang diprogram oleh para jendral. diluar seragamnya tentara juga manusia yang harus berpikir layaknya manusia. Dalam arti bahwa tentara tidak harus menjalankan perintah atasannya yang salah dan tidak manusiawi.
Iwan juga mengingatkan tentara, bahwa dalam realitasnya kehidupan tentara (prajurit) dan sipil adalah sama, berapa seh gaji seorang prajurit TNI, tidak di istimewakan, jadi ga usah lah merasa superior.
Iwan menggambarkan bahwa sipil tidak mau mengerti selama tentara tidak berusaha mengerti sipil, karena wajar bukan egois 32 tahun militer berkuasa, lebih dua juta rakyat sipil Indonesia tewas pada tahun 65, lebih dari 15 ribu rakyat Acheh tewas pada masa DOM. Belum lagi perampasan tanah rakyat secara sewenang-wenang di tanah Jawa. Juga proyek-proyek militer yang mengorbankan proyek sipil. Belum lagi yang tak tercatat seperti prilaku serdadu TNI yang seenak-enaknya dalam kehidupan sehari-hari dalam hal berlalu lintas saja mereka mau diutamakan.
Iwan lebih jauh berusaha menyadarkan tentara bahwa citra mereka sudah jatuh dengan banyaknya kasus pelanggaran HAM yang tersiar di media massa, ia juga menggambarkan betapa sipil sudah jenuh dengan segala bentuk kekerasan yang sudah memakan banyak korban.
Menjelang bagian akhir lagunya Iwan menihilkan segala “kemenangan” TNI dalam penanganan kasus dengan kekerasan. Militerisme dan segala atributnya tidak patut lagi untuk dibanggakan akibat kesalahan mereka sendiri. Hal itu ditandai dengan kemenangan reformasi 1998.
Secara pribadi aku selalu mengagumi Iwan Fals, Bob Marley dan seniman yang memiliki idealisme dalam berkarya. Ayahkulah yang mengenalkan pada Iwan Fals dan Bob Marley. Dan aku juga memiliki analisis pribadi bahwa aktivis 98 itu banyak terpengaruh oleh Iwan Fals yah itu subjektif loh, bukan empiris.
Lihatlah bagaimana Iwan Fals sanggup mengkritisi Tentara padahal bapaknya adalah Kolonel AD di tubuh TNI. Aku melihatnya sebagai Che Guevara Indonesia walaupun dia bukan dokter tapi dia juga angkat senjata, senjatanya Gitar.
Tapi aku ga tau kenapa masih banyak orang yang bangga dengan atribut kemiliteran malah mau menjadi underbow TNI dengan membentuk organisasi milisi semacam ga usah disebutlah pokoknya organisasi underbouw TNI rata-rata pasti memiliki atribut kemiliteran bahkan mereka cenderung lebih militer ketimbang TNI sendiri. Kerja mereka jug hampir sama yaitu peras orang, becking diskotik bahkan aku pernah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana mereka memeras Pekerja Seks Komersial.
Aku pikir ga akan ada habisnya membicarakan keburukan militer Indonesia, bahkan ada semacam joke di kalangan aktivis mahasiswa bahwa perusak Negara ini ada dua yang pertama TNI kedua HMI.
Hehehe itu Cuma joke kalau ada anggota TNI marah silahkan marahlah aku Cuma mau bilang kalau itu kenyataan, tapi kalau ada anak HMI yang marah,jangan marah sama aku marahlah sama alumni kalian yang merusak citra HMI.

1 Comments:

Blogger SEKJEN PENA 98 said...

Memang banyak yang pergi
Tidak sedikit yang lari
Sebagian memilih diam bersembuyi
Tapi… Perubahan adalah kepastian
dan untuk itulah kami bertahan
Sebab kami tak lagi punya pilihan
Selain terus melawan sampai keadilan ditegakan!

Kawan… kami masih ada
Masih bergerak
Terus melawan!
www.pena-98.com
www.adiannapitupulu.blogspot.com

9:15 PM

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home