"Udep Beusaree Mate Beusadjan Sikrek Gafan Saboh Keureunda" (Hidup Bersama, mati bersama dengan selembar kain kafan dalam satu keranda. Achehnese

Sunday, August 28, 2005

Perpisahan Dua Sahabat

Hari ini minggu 28 Agustus 2005, Ikli seorang kawan seperjuangan terbaik yang pernah ada dalam hidupku selama tiga tahun ini akhirnya pergi untuk PTT ke Jambi. Aku ga nyangka kalau akhirnya kami akan berpisah……sudah banyak hal yang kami lalui bersama, melebihi yang kulalui bersama dhee.
Perjumpaan kami pertama kali adalah ketika Bang Ikli akan wisuda Sarjana Kedokteran pertengahan atau akhir 2002 aku lupa jelasnya. Kami bertemu di Bandung Tepatnya di Asrama, lebih detil lagi di kamar Zahri, Ikli memang kawan satu kampung dengan Zahri di Langsa. Waktu itu kawan ni belum punya HP dan dia banyak bertanya mengenai kartu seluler dan seluk beluk HP sama aku. Hehehe jadi lucu kalau ingat itu. Dari situ berkembang kami main game computer bersama. Waktu kami main Red Alert –game perang yang cukup seru— sambil denger musik, Slank waktu itu. Kami diskusi tentang banyak hal dan ternyata kami menemukan banyak kesamaan baik dalam pemikiran maupun segala hal. Tak lama kemudian bang Ikli pindah ke Asrama karena dia Koass di RS Hasan Sadikin. Kami pun tambah akrab, ketika aku punya kamar baru dan dulu aku masih percaya dengan yang namanya hantu, bang Ikli mau temani aku. Oh ya kami dulu sempat Trio, dengan Martunus, yang sekarang jadi Dosen Unsyiah dan melanjutkan S2 di Oxford university Inggris atas beasiswa Unsyiah kalau ga salah.
Kami bertiga selalu berkumpul ngobrol ngalor ngidul malam hari. Beberapa waktu kemudian Martunus pergi ke Jakarta karena dapat pekerjaan sebagai akuntan di perusahaan swasta di Jakarta. Kemudian aku pindah ke kamar Ikli, kami makin klop, makan bersama, beli beras sama-sama intinya kami kenyang dan lapar bersama, satu-satunya hiburan kami Cuma radio butut warisan Martunus radio kesenangan kami dulu Fire FM dengan penyiarnya DJ Nadiva Iuliano. Kami bahkan sempat memprotes tema acaranya yang berbau bias gender. Ketika sms kami dibaca kami Cuma ketawa-tawa.
Waktu itu kami berbeda paham mengenai Poligami dalam pacaran, kalau aku berpikir tidak salah bila seseorang berpacaran lebih dari satu yang penting kalau nikah cukup satu, sementara bagi bang ikli Pcaran adalah simulasi pernikahan, jadi ketika seseorang berpoligami ketika pacaran maka kemungkinan besar dia akan melakukan hal yang sama ketika menikah, bahkan aku sempat “dibantai” di ruang TV asrama ketika aku mendekati salah satu anak HMI yang lumayan cantik, anak Asrama tahu kalau aku sudah punya Dhee. Tapi perbedaan ini tidak membuat kami pecah. Untuk ukuran orang Acheh dia cukup terbuka dan liberal., bahkan ketika aku mulai tidak percaya dengan Tuhan dan semua anak asrama mengecamku, Cuma bang Ikli yang tidak mengecamku
Bang Ikli tidak pernah berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan perjuangan kami. Akan tetapi dia menunjukan kesepakatannya dengan cara lain. Kalau dia sudah mengkritik aku jamin telinga siapa pun akan merah mendengar kritikannya yang memang pedas.
Kami pun sempat marahan hanya karena aku tidak memberi pilihan mengenai ayam yang kubeli, kadang-kadang prinsipnya aneh, tapi memang benar. Aku hanya tidak memahami karena aku dibesarkan dengan budaya yang berbeda. Lalu aku minta maaf dan cukup susah untuk minta maaf sama kawan yang satu ini. Bagi dia maaf itu persoalan mudah, yang penting apakah orang yang bersalah tersebut sadar akan kesalahannya dan tidak mengulanginya. Dan itu juga menjadi pelajaran penting buatku.
Beberapa bulan setelah Bang Tunus pergi ke Jakarta, adik sepupunya Hafid datang ke Bandung untuk kuliah di Tehnik Geofisika ITB, akhirnya kami kembali menjadi Trio.
Kemudian bang Ikli pindah dari Asrama, kost di Sukajadi alasannya dia ga enak dengan kesibukannya dengan belajar sementara Asrama banyak kegiatan yng harus diikuti, rapat, diskusi, entah apa-apa lah yang kadang-kadang melupakan kewajiban anak asrama sebagai Mahasiswa. Sempat lama kami tidak berhubungan setelah itu, kemudian ku sms dia “woi sombong lu mentang2 udah kost, ga ada sms-sms, kalau lo susah siapa yang pertama kali Bantu?” dan ini cukup efektif, ga lama kawan tu sms meminta kami (aku dan hafid) untuk dating ke kostnya, akhirnya kami datang dan nginap di kostnya.
Sejak saat itu kami sering nginap di kostnya. Sering aku bangun sudah ada kopi buatku. Kami berdua memang maniak kopi dan rokok. Tiada hari kami lalui tanpa kopi minimal tiga kali dan rokok yang sudah seperti cerobong Kereta Api. oh ya kami juga punya “mama” sebenarnya namanya bu cekap, kami ga tau nama aslinya, hanya karena ibu itu sering bertanya ketika menyendok nasi “Cekap cep?” dalam bahasa Indon artinya Cukup de? Kalau kita bilang tambah dia akan menambahnya tanpa mengenakan charge tambahan. Warungnya dekat kost bang Ikli makanannya sehat, bersih dan yang paling penting bagi kami sangat murah bayangkan nasi dengan Ayam hanya Rp.2500. oh ya aku sering diajak menemani bang ikli jaga di klinik, kalau aku menyebutnya “malpraktik” dari mulai di buah batu, sampai di rancaekek. Bahkan ketika aku terancam untuk tertangkap akibat aktivitas perjuangan Acheh, aku ditampung di kostnya.
Ketika aku sakit dia bertindak seperti dokter pribadiku, selalu mengingatkan munum obat, bahkan ketika aku tidak punya uang, dia membelikan obat buatku, sampai kemarin ketika hampir seluruh tubuhku gatal-gatal karena terkena Scabies, dia yang membelikanku Salep Scabicid Cream, dan sekarang lumayan sudah hampir sembuh.
Oh ya, kami kemudian menjadi 4 sekawan dengan datangnya Balyan ke Bandung. Adik sepupu Ikli juga. Terakhir kami foto bersama-sama pada hari Wisuda Ikli sebagai Dokter. Kemudian, aku bahkan bela-bela ga mandi untuk datang ke wisuda bang Ikli, karena telat. Akhirnya aku foto tanpa mandi hehehehe.
Ketika dia mendaftar PTT di DEPKES Jakarta pun aku diminta untuk mengantarnya. Dia sering mampir ke rumahku.
Kami sering berdiskusi tentang sosialisme dan komunisme dan kami banyak sepakat dalam berbagai hal tentang sosialisme dan komunisme. Terakhir waktu aku bawa cd lagu-lagu perjuangan kelompok kiri, dia tertawa-tawa aku ga tau kalo dia senang dengan lagu. Yang paling dia suka adalah lagu Sunarso Pesan sang ibu. Lagu ini sebetulnya Puisi dengan di latarbelakangi lagu Darah Juang, akan tetapi Sunarso penyair gendeng itu menambahkan dengan puisi-puisi radikalnya yang serius namun lucu.
Hari-hari terakhir sebelum bang Ikli pergi dia selalu main ke kost ku, dan main Sim City 4 juga Republic the revolution. Juga nonton film bersama, American Pie, the Godfather, Lawrence of Arabia, Band of Brother, The Pianist, King Arthur dsb. Beberapa hari sebelum bang Ikli pergi, dia mewariskan beberapa perabotannya untuk aku dan Balyan. Dia terlalu baik….aku sempat sms sama dhee, mengatakan kalau aku sedih Bang ikli akan pergi meninggalkan Bandung dan mungkin ga akan kembali, kecuali hanya untuk main-main. Dalam pikiranku Dhee adalah salah satu kawan bang Ikli, walaupun kami putus, akan tetapi bang ikli pantas untuk mendapat ucapan paling tidak selamat jalan dari Dhee, tapi Dhee bahkan tidak sms bang Ikli sama sekali, dia hanya menyarankan aku untuk kembali pindah ke Asrama supaya ada temen. Kukatakan aku sudah biasa, Cinta datang dan pergi sesuka hati, tapi kita tidak akan pernah kehilangan/ditinggalkan sahabat sejati. Karena sesungguhnya cinta seorang sahabatlah cinta sejati, dia tidak menuntut apapun kecuali persahabatan itu sendiri. Aku cukup marah dengan Dhee, sampai hari ini aku masih menghormati kakaknya fibie, bahkan beberapa waktu lalu bahkan masih sms fibie akan tetapi dia sama sekali tak menghormati Bang Ikli yng bahkan pernah menolong dia ketika kami bertengkar, dia bisa curhat ke bang Ikli. Bahkan kami sering bertemu di kost Bang ikli. Mungkin Dhee belum memahami sepenuhnya arti persahabatan.
Tadi pagi dia pergi, aku mengantarnya sampai ke dalam Kereta Api, aku membawakan kopernya yang berat. Aku dalam suasana haru tadi pagi. Ketika menunggu kereta jalan di pintu dia sempat bertanya “kapan my kita bisa ketemu lagi?” sedikit bergurau aku bilang, “kalau Acheh sudah merdeka” Dia tersenyum. Ketika kereta berjalan aku menyalami dia dan secara refleks aku memeluknya sambil menepuk-nepuk punggungnya. Dia berpesan “hati-hati ya my, selesaikan sekolah” “oke bang” ku jawab. Kami bersalaman lagi Sukses ya bang! Ketika aku pulang air mata ku sempat menetes, sampai-sampai rokok yang akan kuhisap jatuh bahkan ketika mengetik akhir blog ini, tanpa sadar aku menangis………….yah menangis sesenggukan, bukan hanya meneteskan air mata sedih yang paling dalam yang pernah kurasakan. Melebihi sedih ketika dikhianati.
Semoga hidup Abang bahagia dan sukses, abang bukan sekedar kawan, tapi juga Abang dalam arti yang sesungguhnya. Terima Kasih atas apa yang abang beri ke aku, Semoga Persahabatan kita tidak akan pernah berubah.
Ada pertemuan dan ada perpisahan tapi seperti kubilang, kita tidak akan pernah kehilangan atau ditinggalkan sahabat sejati. Selamat Jalan Bang……aku ga mau tahu, pertemuan kita nanti haruslah di tanah Acheh.

3 Comments:

Anonymous Anonymous said...

u right... me didnt know the meaning of 'friendship' that u keep. tapi bukan itu alasannya... u know, me boros banget sama pulsa, n the end me mo sms bang ikli, kamu sms me marah2... me dont like it! terserah mau bilang ini excuse... whatever... lama untuk me mikir, harus me sms lagi atau ga bang ikli?? u break it all! it used to my gud intention to him... yaudah... semoga ikli masih sempat baca blog ini di sela-sela kesibukan dia, dhee ngucapin selamat jalan. hve a gud work, time and life. thanks for everyhting...

12:38 PM

 
Blogger dheelover said...

This comment has been removed by a blog administrator.

11:41 PM

 
Blogger dheelover said...

hey, there is no reasons to u in order not to give him a good bye message. you had a problem with thingking accelaration. this blogs is my blog, not Ikli's blog, and you are too late. only the victims of hypocricy who didn't like a honest words. my words to you is honest, you know honest is bitter.

11:44 PM

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home