"Udep Beusaree Mate Beusadjan Sikrek Gafan Saboh Keureunda" (Hidup Bersama, mati bersama dengan selembar kain kafan dalam satu keranda. Achehnese

Friday, September 16, 2005

Acheh Tanpa Tsunami

Hei Tuhan
Apakah kau dengar jerit umatmu
Di sela derasnya air

Hei tuhan adakah kau murung
Melihat beribu wajah berkabung
Disela bencana Tsunami

Hei tuhan. Tamatkan saja
C erita pembantaian bangsa Acheh, yang jelas patuh padaMu

Hei Tuhan katanya engkau maha bijaksana
Tolong kirim Tsunami ke Jakarta
Tempat segala macam dosa

Berat beban kau datangkan
Pada rakyatku di Acheh
Cela apa, nista apa
Hingga engkau begitu murka

Hingar tangis karena adzabmu
Setiap detik duka berpadu

Semakin deras jerit tak puas
Dari mereka yang resah bertanya
Adilkah keputusanmu?

Acapkali rintih memaki setiap duka tuding ilahi
Jangan salahkan kecewa aku bosan dalam irama takdirmu
Walau ku tak terganggu

Bukankah kau maha tahu pengasih penyayang
Tapi mengapa selalu saja itu hanya cerita

Hei tuhan tolong buktikan
Hei tuhan tolong dengarkan

Amuk air yang pasang hancurkan kota
Tinggalkan barang, penghuni kota pergi

Gelombang besar menyeret saudaraku
Ulurkan tangan bantulah saudaramu

Lagi-lagi Iwan Fals, diatas ini adalah lirik lagu “tolong dengar tuhan”. lagu ini udah kugubah, waktu Tsunami Acheh, dulu kira-kira begitulah makian aku ke sesuatu yang namanya “tuhan”.
Gimana ga kumaki tuhan, hampir tiga ratus ribu lebih orang Acheh syahid karena Tsunami. Anak kehilangan orang tuanya, kakak, kehilangan adik, yang selamat kehilang saudara dan harta benda yang kaya jadi miskin, yang udah miskin, jadi kelaparan. Bahkan terjadi busung lapar, sesuatu yang belum pernah terjadi di Acheh sebelumnya.
Tapi ternyata beberapa bulan kemudian pikiran ku berubah. Kadang memeng kita butuh waktu untuk memahami makna dari suatu peristiwa. Ya Tsunami menelan banyak korban, ya Tsunami menghancur leburkan Acheh.
Tapi ternyata Tsunami membawa berkah yang besar. Tanpa Tsunami Acheh mungkin masih tetap dalam bencana konflik sampai saat ini. Tanpa tsunami takkan ada orang asing yang masuk dan melihat keadaan Acheh yang sesungguhnya. Tanpa Tsunami, Uni Eropa takkan memberi bantuan dengan syarat Acheh harus damai –yang akhirnya memaksa pemerintah untuk berdamai dengan GAM—. Tanpa Tsunami takkan ada perundingan. Tanpa Tsunami belum tentu ada Self Government dan tanpa Tsunami aku mungkin masih berada di jalan untuk aksi protes kebiadaban TNI di Acheh dan tanpa tsunami aku mungkin sampe sekarang aku ga punya target untuk selesai kuliah. Tanpa tsunami aku mungkin ga pernah tahu kalau ternyata banyak masyarakat Indonesia masih memiliki rasa kemanusiaan yang sangat besar berbeda dengan pemerintah dan Tentaranya yang laknat. Tanpa Tsunami aku ga akan pernah kenal dengan kawan-kawan relawan dengan segala sikap dan kharakternya.

Mungkin Acheh akan menjadi lebih buruk tanpa Tsunami……….
Only God knows that.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home