"Udep Beusaree Mate Beusadjan Sikrek Gafan Saboh Keureunda" (Hidup Bersama, mati bersama dengan selembar kain kafan dalam satu keranda. Achehnese

Sunday, September 11, 2005

Dinamisasi Kehidupan Kampus

Akhir-akhir ini aku mulai menjlani lagi kehidupan kampus yang penuh dengan gairah angkatan baru. Aku sadar persoalan Acheh masih wait and see, akan tetapi aku bukanlah orang yang bisa tenang dalam suatu keadaan yang stagnan. Adrenalin ku terlalu tinggi untuk sebuah kehidupan yang tenang tanpa ada dinamika. Aku kembali menjalin sebuah hubungan baru dengan lingkaran-lingkaran terdekat di kampus Ari dan Bangka, walau mereka pernah beraliansi melawanku, tapi aku sudah lama memaafkan mereka. Sejak awal mereka melakukan kesalahan aku berusaha memahami mereka hanya khilaf dan suatu saat mereka akan sadar. Aku ga tau tapi akhirnya pemahaman ku sejauh ini benar adanya mereka khilaf. Mereka mengakui kesalahan dan bangka minta maaf.

Kami sepakat untuk membuah sebuah gerakan, awalnya hanya untuk iseng-iseng akan tetapi ternyata gerakan anti kekerasan ospek kami mendapat reaksi yang cukup signifikan. Isu kekerasan yang dilakukan oleh jurusan komunikasi kampus kami tersebar ke seluruh penjuru kota. Katanya seh sampai Ke UI tapi aku belum mengklarifikasi kebenaran berita itu. Bahkan ada geng motor Steken mendukung gerakan kami, karena ada salah satu anggota mereka yang jadi korban kekerasan. Mahasiswa baru berhasil kami kompori untuk melawan. Bahkan ketua pelaksana Mabim (Ospek Jurusan) mengancam mengundurkan diri. Isu ini ditanggapi oleh gerombolan Nene dan kawan-kawan mereka membentuk Forum pembela ilmu komunikasi hahaha, aku ketawa namanya mirip dengan fron pembela Islam, bagi aku ini hanyalah geromblolan orang-orang bodoh yang ga ngerti apa itu demokrasi.
FPIK sempat mengintimidasi Badan Pers kampus untuk membocorkan nama-nama anggota forum kami, bahkan juga anggota forum solidaritas kami yang juga anak komunikasi. Yah begitulah gerombolan. Bisanya gaya-gaya preman. Presiden Pers mahasiswa kampus sudah menawarkan hak jawab, akan tetapi mereka memilih audiensi . Presiden menawarkan pada Ari, dan bodohnya Ari juga menerima tawaran audiensi tersebut. Tapi gapapa. Eva awalnya bukan merupakan bagian dari forum kami dia hanya kemudian berpihak pada kami setelah mendapat intimidasi dari gerombolan FPIK. Bayangkan FPIK 25 orang yang mayoritas terdiri dari angkatan tua 1999 sampai 2001 mengintimidasi satu orang anak angkatan 2003. sejak itu konstelasi politik kampus terus meningkat secara drastic, perubahannya bukan lagi perhari akan tetapi per jam. Gerombolan FPIK meminta audiensi sama kami tengah malam setelah mengintimidasi Eva, akhirnya aku dan presiden Pers mendatangi ke kost Ari di kostnya yang lumayanlah jaraknya dengan jalan kaki.
Karena jaraknya yang akan jauh dari kampus, akhirnya kami agak lama menuju kampus. Begitu tiba di kampus kami mendapati sekre Pers kampus ditulis aku dan Ari pengecut kami cukup kecewa begitu tulisan itu. Begitu kami masuk ternyata ada tulisan serupa, aku marah, bukan apa-apa, BPPM sebagai institusi sebenarnya netral walaupun pribadi-pribadinya sepakat bahkan mendukung gerakan kami. Tanpa mereka sadari mereka menambah musuh, menghadapi kami saja mereka sudah kewalahan tambah lagi BPPM yang memiliki kekuatan untuk membentuk opini kampus
Akhirnya kami sepakat untuk audiensi. Hari Sabtu kemarin. Ternyata hariu Sabtu Ari ke Jakarta. Kami tunggu mereka setengah tiga, mereka datang, langsung kuintimidasi mereka, bahwa tindakan mereka menulis di dalam sekre pers adalah pelanggaran kedaulatan territorial organisasi tersebut. Ternyata mereka ngotot nunggu Ari datang. Ya sudah kami tunggu sampai jam 8. sampai jam setengah 8 Ari sudah pasti tidak datang mereka tetap ngotot nunggu Ari, akan tetapi ternyata mereka ngeyel, ya sudah jam 8 kurang 5 aku datangi mereka bersama Eva, aku ancam kalau ternyata jam 8 tepat mereka tidak datang masalah kami anggap selesai. Mereka marah dan sempat mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan sebagai mahasiswa, akan tetapi sudah kumaklumi karena mereka kuanggap sebagai gerombolan.
Akhirnya mereka datang dengan memobilisasi massa komunikasi kira-kira 15-20 orang.
Begitu datang Reza presiden Pers kampus kami melakukan langkah intimidasi yang cukup hebat dengan menyatakan kekecewaannya karena pelanggaran kedaulatan territorial dan menuntut permintaan maaf secara tertulis. Akhirnya mereka minta maaf, dan bersedia menyatakannya secara tertulis. baru mulai sudah kebobolan gawangnya. Hahahaha, aku ketawa sendiri kalau ingat itu, kemudian mereka mempersoalkan kampanye kami, data berita pers pamphlet, forum kami, Bangka yang pada awal konflik tidak mau terlibat demi pembelajaran juniornya di Pers, akhirnya terlibat karena pelanggaran batas tersebut.
Kami terpaksa memberi kuliah mereka tentang politik Forum, bahwa forum adalah sah dalam politik mengenai tema gerakan, bahkan pendirian dan bubarnya. Mereka juga mempersoalkan kampanye kami yang merugikan mereka dan menuntut permintaan maaf. terpaksalah kuberi kuliah mengenai demokrasi dan kebebasan berpendapat mereka ga mau ngerti terpaksa aku narsis, bahwa aku demo ke DPR, KODAM merugikan nama TNI, mereka tidak pernah menuntut permintaan maaf, dan lagi yang ku lakukan adalah hak aku, jika keberatan silahkan tanggapi dengan pendapat pula, tidak perlu ada permintaan maaf.
Mereka hanya bengong kuberi kuliah, dan ga menuntut lagi permintaan maaf lagi. Akhirnya mereka berusaha menaikkan harga diri mereka dengan menuntut hak jawab mereka tertulis tanpa diedit. Tapi percuma mereka yang bilang sendiri opini sudah terbentuk dan mereka telat menyikapinya karena lebih memilih audiensi ketimbang hak jawab. Mereka pulang dengan kekalahan telak. Aku bersalaman dengan dicky -yang ditempatkan oleh nene sebagai ketua gerombolan FPIK- bahwa kita selesai. Tapi itu Cuma lips service enak aja, udah kalian intimidasi Eva, belum ada yang selesai. Aku sudah menyiapkan propaganda baru untuk mengeliminasi mereka dan mendelegitimasi mereka secara total. Kita liat nanti dalam blog berikutnya.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home